elfaqar.blogspot.com - 20 Oktober 2015. Saya rasa susah
sekali rasanya untuk percaya kepada fakta-fakta yang ada di dunia ini.
Saya tidak percaya jika Neil Amstrong adalah manusia pertama yang menginjakkan
kaki ke bulan. Rasa ketidakpercayaan saya bukan tanpa alasan.
Saya lebih percaya kepada peristiwa Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad SAW. Saya tidak percaya bahwa yang menemukan pesawat telepon pertama
kali adalah Alexander Graham Bell. Mungkin karena Bell memiliki banyak sekali
karyawan di laboratoriumnya. Bisa saja yang menemukan pertama kali adalah salah satu karyawannya.
Begitu pula dengan Bill Gates. Apakah kalian
percaya bahwa yang menciptakan sistem operasi yang banyak kita gunakan ini awal
mulanya diciptakan oleh Bill? Silakan telusuri sendiri.
Sejarah Indonesia
Rasa ketidakpercayaan ini semakin menjadi-jadi ketika kita berbicara tentang Indonesia.
Di negara saya Indonesia. Banyak fakta yang dimunculkan seolah itu menjadi sebuah kebenaran
dan lama-kelamaan menjadi sebuah pembenaran bagi sekelompok orang.
Saya teringat
kepada pepatah seorang bijak di dalam kartun Detektif Conan, “Fakta ada
banyak, tapi kebenaran hanya ada satu”.
Jika kita renungkan, saya rasa kalimat itu ada benarnya.
Sekarang ini banyak fakta yang beredar, namun belum
tentu itu menjadi sesuatu yang benar.
Sama halnya seperti perkataan seorang
sufi “Apa yang baik bagimu, belum tentu
baik bagi Tuhanmu”.
Saya dahulu adalah
seorang pemuda yang percaya kepada sejarah di Indonesia yang tertulis di buku
sejarah. Semua pasti masih ingat tentang pelajaran sejarah yang kita pelajari
selama beberapa tahun di bangku sekolah dahulu.
Namun, semua berubah ketika saya sudah memasuki masa-masa menjadi mahasiswa. Ada beberapa kebenaran sejarah yang
berusaha disembunyikan oleh para penulis buku pelajaran di masa dahulu. Mungkin
ini semua ada hubungannya dengan kerasnya rezim di masa orde baru tentang
kebebasan bersuara.
Orde Baru
Bangkitnya pemerintahan
orde baru ini tak lepas dari peranan para mahasiswa di masa orde lama. Setidaknya itulah kebenaran yang saya baca di buku catatannya Soe Hok Gie.
Namun tak pernah
sedikitpun disinggung soal keterlibatan mahasiswa di dalamnya. Kenapa saya percaya? Mungkin karena itu adalah buku harian, bahasa kerennya sekarang diary.
Pernahkah Gie menyadari bahwa
catatan hariannya akan dibaca dan menjadi salah satu pedoman serta landasan
perjuangan mahasiswa di masa mendatang? Saya rasa tidak.
Bagi seseorang yang
suka menulis, tidak mungkin baginya untuk melakukan kebohongan di dalam ruang terintim
privasinya sendiri. Di dalam buku harian. Begitu pula dengan tulisan ini. Segala kenorakan dan kejijikan akan tertumpah di sini.
Singkatnya, di
dalam bukunya ia menceritakan tentang perjuangan bersama kawan-kawannya tentang
masa-masa demonstrasi dan cara mereka berfikir mengadapi kemelut yang terjadi
saat itu yakni tentang militer, PKI dan Soekarno, serta harga yang tengah melambung
tinggi.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Salah satu fakta
yang dimunculkan di buku sejarah ialah tentang PKI. Kita dicekoki dengan
pemikiran bahwa komunis itu jahat. GERWANI itu pembunuh berdarah dingin dengan
celurit di tangannya. Pada intinya hanya kebiadaban lah yang tertuang di dalam
di buku sejarah tentang PKI di Indonesia.
Kita mengenal ada
namanya Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (selanjutnya disingkat
G30 S-PKI).
Di dalam buku sejarah ini menceritakan tentang pengkhianatan
terhadap Indonesia yakni berupa pembunuhan terhadap 7 jenderal dan usaha
percobaan kudeta terhadap NKRI yang kemudian dituduhkan kepada Partai Komunis
Indonesia.
Namun, jika
dinalar dengan akal sehat. Hubungan PKI dan Soekarno saat itu begitu erat. PKI pada masa itu partai yang memberikan dukungan penuh kepada Soekarno, serta mengisi jabatan kursi-kursi menteri adalah orang-orang dari PKI itu
sendiri.
Apakah mungkin sebuah partai yang mendukung penuh Soekarno akan
melakukan kudeta terhadapnya?
Silahkan dicari sendiri kebenarannya, karena masih
begitu banyak perdebatan tentang hal ini.
Kenapa ini baru bermunculan pada masa
sekarang? Mungkin kerasnya rezim di masa dahulu dapat menjawabnya.
Sampai di sini
mungkin kalian akan menganggap saya adalah salah satu antek PKI. Terus terang
saya tidak menganut paham komunis. Saya seorang apatis.
Hanya saja saya merasa benci dan merana ketika banyak
sekali kebenaran yang ditutup-tutupi oleh bangsa ini. Salah satunya kasus PKI.
Ada pula fakta
yang lainnya, ialah tentang Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR).
Terlalu
banyak versi yang dibuat tentang surat ini, tidakkah guru-guru di masa lalu
berpikir tentang kebenaran fakta ini? Akan memakan banyak perdebatan jika hal
ini terus diperbincangkan, tanpa mengetahui akar masalahnya.
Menjadi Semakin Apatis
Fakta-fakta yang
dimunculkan membuat pemikiran saya sendiri semakin apatis. Sampai pada akhirnya
saya memutuskan untuk tidak lagi mempercayai mereka.
Mungkin benar kata Gie “Kebenaran hanya ada di langit, dan dunia
hanyalah palsu”.
Saya menafsirkan kebenaran hanya miliki Tuhan,
dan dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, bagi kita yang
mempercayainya.
Seorang sahabat pers
mahasiswa di seberang pulau pernah berkata,
“Masyarakat
senang ditipu dengan pencitraan. Mahasiswa dan akademisi senang ditipu dengan
data-data statistik”.
Dia berkata demikian mungkin karena dirinya menganggap
dunia hanyalah palsu belaka.
Masih ragu dengan
fakta yang ada sekarang ini? Silahkan kalian lihat di sekeliling.
Apakah benar
yang kalian lihat itu adalah kebenaran?
Bagaimanapun tulisan ini hanyalah
sekelumit opini.
Saya tidak percaya
bahwa kalian membaca tulisan ini sampai habis, ini nyata.
Namun apakah ini
benar? Rasa ketidakpercayaan saya semakin menjadi-jadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar