Idealis atau realistis?
Ketika aku sedang asik memutar scroll moz, tiba2 saja aku terhenti pada sebuah artikel yg memberitakan tentang kematian salah seorang pelawak di negeri ini. Sekali lagi, bangsa indonesia kehilangan salah seorang anak bangsa yg selalu berkutat dengan canda tawa, alias pelawak negeri.
Ngomong2 soal pelawak, negeri ini memiliki punya banyak sekali manusia2 yg suka bikin orang ketawa. Tahun 2008 tau 2009 lalu, aku juga kurang ingat merupakan tahun yg penuh dengan pelawak pendatang baru. Para penghibur muda bermunculan di salah satu ajang yg cukup terkenal. Kayaknya cukup ngomong berita dukanya, gak akan ada habisnya berita duka yg menimpa negeri ini.
Begitu banyak keanehan yg muncul di dunia ini sekarang, salah satunya ialah munculnya sebuah planet selain bumi yg layak untuk ditempati manusia. Hal tersebut kulihat di sebuah blog yg memberitakan tentang planet yg memiliki suhu temperatur yg cukup hangat untuk jadi rumah masa depan manusia. Akankah evolusi itu terjadi, para orang2 cerdas mungkin sedang berfikir bagaimana caranya agar bisa dengan segera menempati planet tersebut, mungkin untuk menghindari akihr dunia. Hari kiamat yg sudah tertulis sejak berabad2 yg lalu di masin2 kitab suci umat beragama.
Kembali ke masalah kampus, aku menjadi sangat bersemangat sekarang untuk mengurus keperluan untuk kampus, dan ku harap segera dapat melaksanakan kuliah selanjutnya dengan segera. Walau aku ngambil sedikit2, ku harap bisa dengan lancar menuntaskan perkuliahan yg cukup membosankan bagiku.
Idealis, sebuah kata yg cukup familiar di telingaku, bahkan mungkin di telinga hampir semua mahasiswa, kebanyakan mereka mengartikan idealis sebagai orang yg punya pendirian yg kuat, tak mudah goyah walau rupiah dihamburkan di matanya. Tapi sayang nasib idealis, akan berakhir setelah skripsi, katanya. Secara etimologi idealis ialah realistis. Aku rasa jika mengacu kepada makna tersebut, hal itu tidak hanya berlaku di dunia kampus saja. Realistis merupakan sifat dasar seorang lelaki. Banyak penelitian yg mengatakan, bahwa lelaki cenderung bersifat realistis, sedangkan wanita lebih kepada perasaan. Jadi kurasa pikiran para intelejensia sekarang salah besar jika menganggap idealis merupakan sifat alamiah mahasiswa, dan akan berakhir setelah skripsi.
Mungkin ketika seorang mahasiswa koar2 berdemo mengatakan bahwa ia mengutuk perbuatan korupsi dan tak ingin jadi PNS ketika lulus nanti, namun kenyataannya ia malah berharap menjadi tanggungan negeri ini ketika sudah memiliki gelar sarjana. Aku rasa itu itu bukanlah termasuk ke dalam idealis, akan tetapi itu merupakan sifat tidak punya pendirian tetap atau plin plan dalam memiliki pandangan hidup. Hidupnya terlalu mengalir, bukan dia yg mengalirkan hidupnya. Manusia2 seperti ini biasanya di kampus cenderung lebih memilih organisasi yg bisa merepresentatifkan mahasiswa seperti badan eksekutif mahasiswa, himpunan mahasiswa, dan banyak lagi yg lain. Aku sepertinya benar2 mengutuk perbuatan tersebut, sikap yg kurang bermoral dan kurang terdidik menurutku.
Tak terasa udah terlalu lama aku berceloteh, waktu hampir jam 12 malam, saatnya siap2 pulang kerja. Harus tetap semangat, karena besok gajian. Hahahahaha...........
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar