About

Bagaimana Kinday Lahir Kembali

(29/01/11)
Satu hal yang sangat penting dan kadang terlupakan ialah kemauan dan kesungguhan. Percaya atau tidak kelahiran Tabloid ini bukan berdasarkan kelihaian menulis, kepintaran mengolah kata, dan cita rasa seni layout dan desain yang mantap. Pada awalnya semua hanya nol besar. Itulah mengapa aku pernah menjuluki para pengurus organisasi ini sebagai “yatim piatu yg miskin”. Ditinggal para senior dan ketidakpunyaan perlengkapan mendasar. Benar-benar satu cermin organisasi yg tak punya masa depan. Akan tetapi hal itu itu akan berbeda ketika kemauan dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu teralisasi, menjadi sesuatu yg dapat melakukan apa saja.
Celotehanku di atas bukanlah satu omong besar, hal itu tergambar ketika tabloid ini mengeluarkan edisi kedua. Penuh dengan coretan dan pengoreksian dari pihak rektorat. Memalukan, namun menjadi cambuk tersendiri yg dapat memicu kerja otak agar bisa memperbaiki lagi di masa mendatang. Kemudian kemiskinan kader pun menjadi momok yg tak bisa dielakkan bahwa pengurus organisasi ini dikemudian hari tak punya penerus. Namun hal itu terjadi pada tahun 2008 yg lalu. Masa-masa pahit yg harus dilewati dan menjadi batu tempaan.
Aku kembali teringat di masa itu ketika sekumpulan mahasiswa berkumpul untuk merecanakan suatu penerbitan tabloid yg aku sendiri pun tak yakin akan hal itu. Perlahan tapi pasti rencana itu bulat, namun kendala utama berada pada masalah pendanaan. Betapa sulit mencari uang untuk penerbitan bagi sebuah media mahasiswa gratis. Para tenaga yg tak diberi upah sepeser pun.
Sekarang keadaan itu kini berbeda, semua terlihat lebih mudah. Mereka para penerus memiliki senior yg selalu ada ketika dibutuhkan dan memiliki fasilitas yg cukup serta punya sumber pendanaan yg pasti. Tapi kenapa semua terasa berbeda, tak lagi ada rasa kekeluargaan seperti dulu. Semua dibatasi oleh marginal jabatan masing2. Sang bendahara sibuk mengatur uang, sekretaris hanya datang sekali2 ketika ada rapat, dan pimpinan umum layaknya Suharto yg sedang menjabat di masa orde baru. Sibuk masing2 dan tak menghiraukan apa sebenarnya yg sedang terjadi. Entahlah ini benar atau salah, tapi itulah kenyataan yg kulihat.
Di dalam organisasi ini sekarang terlihat ada kelompok2 yg berusaha mengembangkan ide namun terhalang oleh aturan2 yg terlalu mengikat dan jalur komando yg tidak tepat. Beribu maaf ketika ini salah, namun mengaca dirilah ketika ini benar. Aku tidak berusaha memecah belah, hanya ingin membuka pikiran bahwa kita semua sama. Aku sangat menentang kastanisasi dan senioritas, walaupun sebenarnya ada.
Soe Hok-Gie pernah berkata bahwa seseorang yg tak pernah belajar sejarah dan masa lalu maka akan mengulangi kesalahan yg pernah dilakukan di masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar