About


elfaqar.blogspot.com - Kami siap melayani anda, asal ada uangnya. Judul ini terlihat provokatif. Namun itulah yang terjadi di negeri ini. 

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana proses pembuatan SIM di daerah kabupaten Kotabaru. Tepatnya di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Selama satu bulan, saya mengadakan riset kecil-kecilan tentang bagaimana kinerja kepolisian daerah sana dalam menangani pembuatan SIM.

Hal yang cukup mengejutkan terjadi. Silahkah kalian simak kisah ini.


5 Oktober 2015 

Memulai pengajuan pembuatan SIM. Bayar 100.000 di bank BRI, kemudian cek kesehatan di tempat yang sudah disediakan dengan biaya 25.000.

Masuk ke loket 2 untuk identifikasi dan sesi foto-foto. Sebelumnya saya bertanya, “apakah nanti ada tambahan biaya lagi?”. Mbak yang cantik itu pun menjawab, “tidak”, katanya.

Lalu pergi ke loket 3 untuk mengikuti ujian teori. Tapi dasar saya yang bodoh. Dari 30 soal hanya 20 soal yang benar, sedangkan standar lulusnya minimal 21 soal yang harus dijawab dengan benar. 

Alhasil tidak lulus lah jadinya. “minggu depan mengulang lagi”, kata polisi seorang polisi.

12 Oktober 2015 

Di hari yang ditentukan, saya datang kembali ke satlantas untuk mengikuti ujian ulang teori. 

Kali ini ada beberapa soal yang berbeda dari soal sebelumnya. Hasilnya cukup memuaskan, ada 24 soal yang dijawab dengan benar. Saya pun lulus ujian teori dan disuruh menunggu di ruang tunggu untuk mengikuti ujian selanjutnya. 

Kebetulan hari itu lumayan banyak yang membuat SIM. Namun ada yang janggal. Ketika ujian praktek di lapangan hanya saya sendiri yang diuji.

Ada 5 tes yang harus di jalankan. Pertama jalan lurus, sukses. Kedua, jalan zig zag. Karena kurang lihai memakai motor bebek (karena kebiasaan memakai motor matic) banyak patok yang jatuh dan kaki sering turun ke tanah. 

Tes ketiga, melewati jalan yang berbentuk angka 8, gagal juga. Keempat, jalan lurus dan berbelok menggunakan lampu sen. Berhasil dengan sempurna. 

Kelima, jalan memutar mirip huruf U, berhasil juga.

Alhasil dari 5 macam tes hanya 2 saja yang gagal, dan harus mengulang minggu depan.

19 Oktober 2015

Saya datang lagi untuk mengulang ujian praktek. Alhamdulillah dari 5 jenis tes hampir semua tes berhasil dilalui dengan mudah. Hanya pada saat tes zig zag saja dikatakan gagal oleh petugasnya. 

Padahal kesalahan saya hanya ketika saat saya tiba-tiba menurukan kaki. Itu pun hanya sekali saja dan di saat hampir terakhir. Saya tidak ada menjatuhkan satu pun balok, tapi petugasnya bilang, “masih belum sempurna” dalam hati saya ingin menjawab, “bahwa kesempurnaan hanya milik Allah”.

“Ngulang lagi 2 minggu lagi”, katanya. Saya pun mengiyakan dengan agak kecewa saat pulang ke rumah. Padahal hanya satu kesalahan.

Saya teringat saat dulu membuat SIM di Banjarmasin. Waktu itu tarifnya masih 75.000, dan saat ujian prakteknya ada satu kesalahan saat melewati angka 8. Namun itu pun langsung dianggap lulus oleh petugas di sana.

Saya berfikir, “ternyata semakin ke daerah, urusan beginian semakin dipersulit”. Ya, tidak hanya membuat SIM saja. Urusan membuat KTP sementara pun lumayan lama pelayanannya memakan waktu 3 hari. 

Pada saat di Banjarmasin, hanya 5 menit selesai. Tapi saya maklum, mungkin teknologi yang dipakai di sini kurang memadai dengan SDM yang ada. 

Ternyata di kepolisian bagian satlantas pun lebih parah pelayanannya. Tak heran jika banyak sebagian besar dari warga Kotabaru lebih memilih jalan untuk “nembak SIM” daripada jalur resmi. Dari petugasnya sendiri lebih mempersulit warga yang ingin mendapatkan haknya.

1 November 2015 

Saya coba bertanya pada seorang kawan yang kini sudah jadi polisi di daerah Batulicin. Secara blak-blakan saya bertanya, “Gus, apa benar untuk bisa lolos tes praktek SIM harus ada bayar lebih?”, “Soalnya aku udah 1 bulan proses SIM tapi masih belum jadi juga karena harus ngulang tes praktek”.

Dia pun terkejut dan bertanya, “masa sih?”. “Iya”, jawab saya. “Kalau di Batulicin, biasanya 1 hari pasti selesai. Gak pernah ada berkas yang numpuk untuk pengajuan SIM”, jelasnya. 

“Oooh... gitu ya, biasanya berapa duit untuk bikin SIM di Batulicin?” tanya saya lagi. “285ribu”, jawabnya. “Waah... lumayan mahal yah”

Dia pun menjelaskan bahwa di Batulicin ujian praktek SIM dihilangkan, serta pemohon SIM diwajibkan membayar uang sebesar tersebut di atas.

2 November 2015

Pagi-pagi sekali, sekitar jam 7 saya sudah berangkat menuju kota ke kantor satlantas. Sengaja pagi-pagi berangkat agar tidak terkena razia, kebetulan sedang ada operasi zebra mulai tanggal 22 Oktober sampai 4 November. 

Jam 10 baru dipanggil, saya disuruh masuk ke loket 3. Si polisi itu pun berkata, “kamu gagal terus yah, apa mau kami bantu?”

Dengan pura-pura bodoh saya pun bertanya, “dibantu bagaimana?”. Dia menjawab, “ya kamu harus nambah”. 

“Berapa duit mas?” saya masih bertanya dengan wajah bloon. 

“200ribu,” katanya. 

“Wah, mahalnya. Apa gak ada toleransi mas, karena prosesnya udah terlalu lama,” kata saya dengan sok berani. 

“Kalau duit segitu saya gak ada”, lanjut saya lagi. 

Tiba-tiba kawan di sebelahnya nyeletuk, “kalo emang gak ada duitnya gak usah dipaksakan mas,”. Saya terdiam sejenak, agak malu rasanya. Mungkin secara tersirat bahwa yang miskin tidak akan dilayani dengan baik.

“ya sudahlah mas tes ulang aja lagi,” kata saya. 

Di sini saya berusaha menghindari tindakan KKN yang dilakukan oleh petugas itu. Tapi apa daya mungkin hanya saya yang punya pikiran seperti itu. 

Kira-kira 1 jam menunggu. Saya pun dipanggil masuk kembali ke dalam loket 3. Si polisi tadi langsung bertanya, “kalo 100ribu ada mas?”

Dalam hati saya berkata, “ya ampun.... kasian polisi di daerah sini, benar-benar kekurangan uang.” 

Karena kehabisan kesabaran, saya pun mengiyakan. Saya berikan saja duit terakhir di dompet. 15 menit kemudian SIM selesai. Selesai dengan cara tidak sah, tapi banyak orang tidak memikirkan proses, yang penting hasilnya.


Kini setiap kali saya melintasi Kantor Polres Kotabaru. Rasanya mau muntah ketika melihat tulisan yang ada di depan gedungnya, 

KAMI SIAP MELAYANI ANDA 


Mungkin seharusnya ada tambahan kalimat, jadi begini 

KAMI SIAP MELAYANI ANDA, ASAL ADA UANGNYA   


Mohon maaf jika tulisan ini agak memprovokasi. Tapi itulah realita yang sedang dihadapi masyarakat sekarang, mungkin tak hanya di daerah kotabaru saja. Di daerah provinsi lain pun begitu. 

Kami Siap Melayani Anda, Asal Ada Uangnya


elfaqar.blogspot.com - Kami siap melayani anda, asal ada uangnya. Judul ini terlihat provokatif. Namun itulah yang terjadi di negeri ini. 

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana proses pembuatan SIM di daerah kabupaten Kotabaru. Tepatnya di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Selama satu bulan, saya mengadakan riset kecil-kecilan tentang bagaimana kinerja kepolisian daerah sana dalam menangani pembuatan SIM.

Hal yang cukup mengejutkan terjadi. Silahkah kalian simak kisah ini.


5 Oktober 2015 

Memulai pengajuan pembuatan SIM. Bayar 100.000 di bank BRI, kemudian cek kesehatan di tempat yang sudah disediakan dengan biaya 25.000.

Masuk ke loket 2 untuk identifikasi dan sesi foto-foto. Sebelumnya saya bertanya, “apakah nanti ada tambahan biaya lagi?”. Mbak yang cantik itu pun menjawab, “tidak”, katanya.

Lalu pergi ke loket 3 untuk mengikuti ujian teori. Tapi dasar saya yang bodoh. Dari 30 soal hanya 20 soal yang benar, sedangkan standar lulusnya minimal 21 soal yang harus dijawab dengan benar. 

Alhasil tidak lulus lah jadinya. “minggu depan mengulang lagi”, kata polisi seorang polisi.

12 Oktober 2015 

Di hari yang ditentukan, saya datang kembali ke satlantas untuk mengikuti ujian ulang teori. 

Kali ini ada beberapa soal yang berbeda dari soal sebelumnya. Hasilnya cukup memuaskan, ada 24 soal yang dijawab dengan benar. Saya pun lulus ujian teori dan disuruh menunggu di ruang tunggu untuk mengikuti ujian selanjutnya. 

Kebetulan hari itu lumayan banyak yang membuat SIM. Namun ada yang janggal. Ketika ujian praktek di lapangan hanya saya sendiri yang diuji.

Ada 5 tes yang harus di jalankan. Pertama jalan lurus, sukses. Kedua, jalan zig zag. Karena kurang lihai memakai motor bebek (karena kebiasaan memakai motor matic) banyak patok yang jatuh dan kaki sering turun ke tanah. 

Tes ketiga, melewati jalan yang berbentuk angka 8, gagal juga. Keempat, jalan lurus dan berbelok menggunakan lampu sen. Berhasil dengan sempurna. 

Kelima, jalan memutar mirip huruf U, berhasil juga.

Alhasil dari 5 macam tes hanya 2 saja yang gagal, dan harus mengulang minggu depan.

19 Oktober 2015

Saya datang lagi untuk mengulang ujian praktek. Alhamdulillah dari 5 jenis tes hampir semua tes berhasil dilalui dengan mudah. Hanya pada saat tes zig zag saja dikatakan gagal oleh petugasnya. 

Padahal kesalahan saya hanya ketika saat saya tiba-tiba menurukan kaki. Itu pun hanya sekali saja dan di saat hampir terakhir. Saya tidak ada menjatuhkan satu pun balok, tapi petugasnya bilang, “masih belum sempurna” dalam hati saya ingin menjawab, “bahwa kesempurnaan hanya milik Allah”.

“Ngulang lagi 2 minggu lagi”, katanya. Saya pun mengiyakan dengan agak kecewa saat pulang ke rumah. Padahal hanya satu kesalahan.

Saya teringat saat dulu membuat SIM di Banjarmasin. Waktu itu tarifnya masih 75.000, dan saat ujian prakteknya ada satu kesalahan saat melewati angka 8. Namun itu pun langsung dianggap lulus oleh petugas di sana.

Saya berfikir, “ternyata semakin ke daerah, urusan beginian semakin dipersulit”. Ya, tidak hanya membuat SIM saja. Urusan membuat KTP sementara pun lumayan lama pelayanannya memakan waktu 3 hari. 

Pada saat di Banjarmasin, hanya 5 menit selesai. Tapi saya maklum, mungkin teknologi yang dipakai di sini kurang memadai dengan SDM yang ada. 

Ternyata di kepolisian bagian satlantas pun lebih parah pelayanannya. Tak heran jika banyak sebagian besar dari warga Kotabaru lebih memilih jalan untuk “nembak SIM” daripada jalur resmi. Dari petugasnya sendiri lebih mempersulit warga yang ingin mendapatkan haknya.

1 November 2015 

Saya coba bertanya pada seorang kawan yang kini sudah jadi polisi di daerah Batulicin. Secara blak-blakan saya bertanya, “Gus, apa benar untuk bisa lolos tes praktek SIM harus ada bayar lebih?”, “Soalnya aku udah 1 bulan proses SIM tapi masih belum jadi juga karena harus ngulang tes praktek”.

Dia pun terkejut dan bertanya, “masa sih?”. “Iya”, jawab saya. “Kalau di Batulicin, biasanya 1 hari pasti selesai. Gak pernah ada berkas yang numpuk untuk pengajuan SIM”, jelasnya. 

“Oooh... gitu ya, biasanya berapa duit untuk bikin SIM di Batulicin?” tanya saya lagi. “285ribu”, jawabnya. “Waah... lumayan mahal yah”

Dia pun menjelaskan bahwa di Batulicin ujian praktek SIM dihilangkan, serta pemohon SIM diwajibkan membayar uang sebesar tersebut di atas.

2 November 2015

Pagi-pagi sekali, sekitar jam 7 saya sudah berangkat menuju kota ke kantor satlantas. Sengaja pagi-pagi berangkat agar tidak terkena razia, kebetulan sedang ada operasi zebra mulai tanggal 22 Oktober sampai 4 November. 

Jam 10 baru dipanggil, saya disuruh masuk ke loket 3. Si polisi itu pun berkata, “kamu gagal terus yah, apa mau kami bantu?”

Dengan pura-pura bodoh saya pun bertanya, “dibantu bagaimana?”. Dia menjawab, “ya kamu harus nambah”. 

“Berapa duit mas?” saya masih bertanya dengan wajah bloon. 

“200ribu,” katanya. 

“Wah, mahalnya. Apa gak ada toleransi mas, karena prosesnya udah terlalu lama,” kata saya dengan sok berani. 

“Kalau duit segitu saya gak ada”, lanjut saya lagi. 

Tiba-tiba kawan di sebelahnya nyeletuk, “kalo emang gak ada duitnya gak usah dipaksakan mas,”. Saya terdiam sejenak, agak malu rasanya. Mungkin secara tersirat bahwa yang miskin tidak akan dilayani dengan baik.

“ya sudahlah mas tes ulang aja lagi,” kata saya. 

Di sini saya berusaha menghindari tindakan KKN yang dilakukan oleh petugas itu. Tapi apa daya mungkin hanya saya yang punya pikiran seperti itu. 

Kira-kira 1 jam menunggu. Saya pun dipanggil masuk kembali ke dalam loket 3. Si polisi tadi langsung bertanya, “kalo 100ribu ada mas?”

Dalam hati saya berkata, “ya ampun.... kasian polisi di daerah sini, benar-benar kekurangan uang.” 

Karena kehabisan kesabaran, saya pun mengiyakan. Saya berikan saja duit terakhir di dompet. 15 menit kemudian SIM selesai. Selesai dengan cara tidak sah, tapi banyak orang tidak memikirkan proses, yang penting hasilnya.


Kini setiap kali saya melintasi Kantor Polres Kotabaru. Rasanya mau muntah ketika melihat tulisan yang ada di depan gedungnya, 

KAMI SIAP MELAYANI ANDA 


Mungkin seharusnya ada tambahan kalimat, jadi begini 

KAMI SIAP MELAYANI ANDA, ASAL ADA UANGNYA   


Mohon maaf jika tulisan ini agak memprovokasi. Tapi itulah realita yang sedang dihadapi masyarakat sekarang, mungkin tak hanya di daerah kotabaru saja. Di daerah provinsi lain pun begitu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar