elfaqar.blogspot.com - Berteman dingin malam, saya berusaha melantunkan irama merdu dari dalam pikiran. Sedikit terbalut kain kerinduan yang menjadi-jadi. Di semak belukar saya berusaha mengobati luka ini. Perih tertusuk rasa pilu yang mendalam. Terhalang berpuluh-puluh gunung dan tersapu berkilo-kilometer ombak laut.
Menatap langit, seakan langit itu hanya satu lapisan saja. Saya kemudian terpikir untuk mengabadikan pikiran ini ke dalam tinta digital yang abadi. Berusaha menguak tabir kehidupan yang masih terlihat suram di depan.
Kemudian, terlintas pertanyaan di benak. Kenapa BBM dan listrik begitu krisis di bumi lambung mangkurat ini?
Setelah sedikit bertukar pikiran dan berdiskusi dengan seorang sahabat. Saya baru tahu, bahwa banyak sekali faktor yang menyebabkan mengapa BBM begitu terlihat langka.
Dia mengemukakan beberapa faktor. Salah satunya ialah kelangkaan BBM disebabkan banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi pengecer. Khususnya premium.
Saya sangat tertarik dengan pernyataannya tersebut. Menurut saya, ada benarnya bahwa kelangkaan premium disebabkan oleh melonjaknya tingkat pengecer di semua daerah. Hal itu sangat jelas terlihat.
Di setiap pom bensin selalu saja berjejer dirijen berukuran 25 liter. Namun saya lebih terfokus kepada manajemen pom bensin. Entah bagi hasil atau apalah namanya. Yang jelas, dengan merebaknya jumlah pengecer membuat masyarakat yang lain kesusahan.
Tidak jadi masalah jika perbedaan harga di pom dan pengecer selisih 500 rupiah saja. Namun akan menjadi masalah besar. Ketika para pengecer benar-benar memanfaatkan kelangkaan menjadi ladang panen mereka. Masyarakat terasa terperas.
Saya pun terkejut ketika sampai di daerah Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu. Bahwa harga eceran premium rata-rata 6000 rupiah.
Saya hanya mampu bergumam dalam hati, "tega sekali mereka".
Semua pihak terlibat di dalam permasalahan yang sepertinya tidak memiliki ujung ini. Semua pihak yang saya maksud ialah, kepolisian, pertamina, dan peraturan pemerintah dengan segala tetek bengeknya.
Permasalahan ini mungkin saja tidak akan pernah tuntas. Selagi semua orang lebih asik memperkaya diri mereka sendiri.
Selain masalah premium yang semakin mencekik rakyat. Di Kalimantan Selatan sekarang tengah krisis listrik. Entah kenapa permasalahan ini seperti tidak memiliki solusi.
Pemerintah dengan segala kekuasaannya tidak mampu berbuat apa-apa. Tunduk kepada kekuasaan kapitalis yang semakin membludak, membuat semua resah. Mungkin tidak hanya saya, orang lain pun merasa bahwa pemadaman listrik dengan intensitas waktu yang tinggi membuat mereka susah untuk melakukan aktifitas.
Seperti yang kita tahu bahwa hampir semua aktivitas berhubungan dengan mesin dan listrik. Apalagi kegiatan belajar mengajar di kampus yang hampir rata-rata di setiap pertemuan menggunakan layar LCD.
Bayangkan saja betapa merugikannya jika setiap waktu terjadi pemadaman yang tidak jelas kapan terjadinya.
Mungkin saja kita perlu kembali ke jaman purbakala dan mempelajari bagaimana hidup tanpa teknologi canggih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar