elfaqar.blogspot.com - Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang. Sepertinya ketika uang beasiswa 500ribu itu telah dicairkan masih banyak mahasiswa yang berceloteh tidak karuan. Mereka bertanya, siapa yang bertanggung jawab?
Pada awalnya saya menanggapi itu biasa saja. Namun tampaknya, kawan-kawan yang lain merasa terganggu. Bagaimana tidak PT Arutmin Indonesia sudah beberapa bulan ini menunda pencairan uang beasiswa itu.
Ketika si pengelola beasiswa mengatakan uang yang akan diterima senilai 1 juta rupiah. kawan-kawan yang lain mulai maklum tentang keadaan penunggakan tersebut.
Alhasil, ternyata hanya 500rb saja yang diterima hari ini. Padahal, 3 kali lagi pertemuan ini akan berakhir. Entahlah, apakah ada sesuatu dibaliknya. Saya pun tidak tahu. Satu hal yang pasti, ini membuat sebagian mahasiswa penerima beasiswa resah dan gerah.
Apakah uang itu akan cair semua atau tidak? Sehubungan banyaknya keperluan mahasiswa yang berhubungan dengan uang akhir-akhir ini.
Dalam kasus ini saya tidak tahu siapa yang patut bertanggung jawab, apakah PT Arutmin Indonesia, sang pengelola uang, ataukah mahasiswa?
Saya tidak berani menyalahkan siapapun. Namun terlihat dengan jelas di kwitansi bahwa uang tersebut diterima dari yayasan pengelola beasiswa tersebut.
Saya tidak melihat adanya sebuah transparansi yang benar-benar jelas. Menurut saya terlalu banyak yang ditutup-tutupi.
Saya mungkin bukan mahasiswa yang luar biasa. Saya hanya mengutarakan apa yang saya rasakan dan apa yang mereka rasakan.
Salah seorang teman satu kelompok mengatakan bahwa “ternyata ada jua korupsi di dalamnya”.
Saya berpikir sejenak, dan akhirnya muncullah berbagai macam paradigma yang buruk mengenai sang pengelola beasiswa tersebut. Sepertinya para pengurus yayasan itu hanya terdiri dari orang-orang tertentu saja.
Saya sempat teringat ketika salah seorang teman saya bercerita tentang temannya yang mengajukan beasiswa di situ, akan tetapi tidak diterima. Saya pun terkejut ketika mendengar sebuah nama disebut di acara pembagian uang beasiswa.
Setahu saya nama tersebut gagal dan tidak pernah tercantum di papan pengumuman penerima beasiswa. Kenapa tiba-tiba saja hadir?
Ternyata tidak semua yang kita lihat itu benar, dan tidak semua yang kita kira benar itu dapat dilihat.
Saya masih bingung bagaimana seseorang bisa mendapatkan beasiswa di perusahaan tersebut. Apakah harus menjadi seorang penjilat ulung ketika ia gagal di dalam seleksi awal? Ataukah hanya perlu cari muka saja di depan para pengurus beasiswa tersebut?
Kembali ke permasalahan awal. Munculnya tulisan ini bukanlah berdasarkan analisis yang begitu mendalam. Tulisan ini hanya berdasarkan pikiran para intelegensia yang mengambang terhadap apa yang sedang terjadi sekarang.
Apakah ini permainan politik busuk yang baru?
Ataukan hanya sekadar tes emosi yang berlebihan?
Semua dapat menilai tulisan ini sebagai aksi provokasi. Namun sungguh, Tidak ada maksud saya menulis ke arah situ. Saya hanya ingin tahu kebenaran yang ada.
Saya teringat ketika salah seorang mahasiswa ingin mengutarakan pendapatnya tentang pencairan uang beasiswa yang tidak jelas ini. Belum sempat ia berucap langsung saja dipotong kalimatnya.
Kemudian panitia seperti terburu-buru membagikan uang.
Apakah mereka merasa dipermalukan dengan tindakan polos seorang intelegensia muda?
Saya menganalogikan hal ini layaknya sebuah lingkaran setan yang tidak akan pernah ketemu ujungnya.
Soe Hok Gie pernah mengatakan di dalam catatan hariannya,
“kita bisa menghargai gambar serigala yang harmonis, tetapi tidak gadis manis yang mencang mencong”
Tampaknya serba salah ketika harus menentukan benar dan salah. Namun keputusan itu memang harus diambil walau tidak pernah ada sanksi sekalipun. Karena kebenaran harus terungkap!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar