About

dosen dan mahasiswa


elfaqar.blogspot.com - Akhirnya.. saya masih menari di antara gelombang kegelisahan. Masih berpikir apakah bisa lulus semua mata kuliah semester ini. Kampus terkadang menjadi tempat yang sangat menyenangkan, namun di satu sisi akan menjadi tempat yang sangat menegangkan. Antara dosen dan mahasiswa. Pertentangan hati dan tempat yang sangat busuk bagi para calon pemimpin yang lalim. 

Saya masih di sini, menatap lembaran tugas yang selalu hampir menumpuk tergeletak di sebelah otak kiri belakang. Saya merangkak, dan tersimpuh membenahi satu per satu tugas itu. Menyusun kembali agar terlihat rapi dan asri. 

Berbicara masalah kampus, saya punya sepenggal puisi kampus yang tiba-tiba saja muncul saat purnama tiba. 

Jam menunjukkan pukul 2 pagi.


Aku Mahasiswa

Karya: Zulfikar (26 Maret 2011) - elfaqar.blogspot.com

Aku mahasiswa...

Aku mahasiswa
Tinggalku di kampus
Tidurku di kampus
Makanku di kampus
Tangisku tumpah di kampus
Senangku terhambur di kampus
Dan bahagiaku.... apabila bersama-sama teman di kampus

Aku merayap meniti kampus
Hari demi hari dilalui di kampus
Mencari kebenaran yang hilang di kampus
Menemukan sejuta kebohongan di kampus

Pada akhirnya.... aku hanya anak kampus
Yang mungkin hanya akan mati di kampus
Terendam bersama mereka yang rakus

Secuil puisi ini, mungkin sekarang sedang mewakili kegundahan yang dimilki semua orang tentang kampus. Selama ini menjadi tempat para lahirnya intelektuil. Calon penerus bangsa dan politikus rakus yang selalu memakan uang rakyat.

Ada apa sebenarnya di balik itu? Ada apa sebenarnya dengan kampus? 

Di dalam otak kecil saya yang baru saja saya gunakan tak lebih dari 10%. Saya mengelompokkan penghuni besar kampus menjadi dua, yakni dosen dan mahasiswa.

Terkadang ada dosen yang terlalu kurang ajar. Menganggap dirinya sebagai dewa. Serba tahu, padahal hanya sok tahu. Namun ada pula dosen yang sangat pengertian terhadap keadaan mahasiswa. Mampu mengerti seperti apa mahasiswa yang dihadapinya. Tidak menyamaratakan kemampuan yang dimiliki mahasiswa. 

Kali ini atau entah ke berapa ratus kalinya, saya merasa sangat kesal terhadap seorang dosen. Dosen tua yang seharusnya sudah pensiun, namun tetap mengajar dengan gaya feodalnya. Sehingga membuat mahasiswa semakin terpuruk. 

Anehnya sang dekan masih saja berpura-pura bangga memiliki dosen seperti itu.

Namun, saya lebih suka ketika saya membicarakan dosen yang lain. Yang lebih mengerti tentang keadaan mahasiswa. Dosen yang satu ini benar-benar saya sukai. Baik cara dia mengajar, maupun dari caranya mengeluarkan pendapat. Menggunakan hati. Memutuskan dengan logika yang tepat. 

Layaknya algoritma yang terlalu sulit untuk dipecahkan, namun dia dengan mudah menuntaskannya. Memiliki pendirian yang kuat dan keputusan yang memandang seseorang dengan nurani. 

Sepertinya tak ada habisnya ketika membicarakan masalah mengenai dosen.

Mahasiswa, atau yang lebih dikenal dengan calon intelektual/intelektuil muda. Selalu saja kerap dianggap manusia cerdas dan cendikia di segala bidang. Padahal itu semua salah dan nol besar. 

Mahasiswa sama dengan manusia lainnya. Bisa menjadi bodoh dan lupa. Di sisi lain, saya ingat ketika mahasiswa juga dianggap sebagai biang keonaran. Anarkis, yang sering membakar sesuatu ketika berdemonstrasi. 

Pada dasarnya, hal ini dilakukan karena mereka ingin mendapat perhatian lebih dan didengar aspirasinnya Selain itu mahasiswa sebagai kontrol sosial masyarakat memang sudah seharusnya memegang kendali penuh terhadap pemantauan jalannya sistem pemerintahan. 

Mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang netral. Sehingga kurang tepat apabila masyarakat langsung yang turun ke jalan menghantam pemerintah. Sebab, akan terjadi chaos ketika hal ini dibiarkan. 

Wajarlah apabila mahasiswa terlihat anarkis ketika sedang melakukan aksi, karena darah muda mereka sedang membara di hati yang mendidih. 

Mungkin pandangan seperti ini muncul karena ketidaktahuan dan kurangnya sumber. Saya meyakinkan bahwa saya tak memiliki sumber yang akurat. Namun saya punya sumber yang selalu dihormati semua orang, yakni pengalaman. 

Kampus sama halnya seperti pasar, terjadi pertukaran ilmu. Kecurangan sistem dan kebodohan semu. 

Soe Hok Gie pernah mengatakan "kalau kita berani melawan para pejabat yang korup, kenapa kita takut menghadapi dosen-dosen kita yang ngawur"

Dosen dan Mahasiswa

dosen dan mahasiswa


elfaqar.blogspot.com - Akhirnya.. saya masih menari di antara gelombang kegelisahan. Masih berpikir apakah bisa lulus semua mata kuliah semester ini. Kampus terkadang menjadi tempat yang sangat menyenangkan, namun di satu sisi akan menjadi tempat yang sangat menegangkan. Antara dosen dan mahasiswa. Pertentangan hati dan tempat yang sangat busuk bagi para calon pemimpin yang lalim. 

Saya masih di sini, menatap lembaran tugas yang selalu hampir menumpuk tergeletak di sebelah otak kiri belakang. Saya merangkak, dan tersimpuh membenahi satu per satu tugas itu. Menyusun kembali agar terlihat rapi dan asri. 

Berbicara masalah kampus, saya punya sepenggal puisi kampus yang tiba-tiba saja muncul saat purnama tiba. 

Jam menunjukkan pukul 2 pagi.


Aku Mahasiswa

Karya: Zulfikar (26 Maret 2011) - elfaqar.blogspot.com

Aku mahasiswa...

Aku mahasiswa
Tinggalku di kampus
Tidurku di kampus
Makanku di kampus
Tangisku tumpah di kampus
Senangku terhambur di kampus
Dan bahagiaku.... apabila bersama-sama teman di kampus

Aku merayap meniti kampus
Hari demi hari dilalui di kampus
Mencari kebenaran yang hilang di kampus
Menemukan sejuta kebohongan di kampus

Pada akhirnya.... aku hanya anak kampus
Yang mungkin hanya akan mati di kampus
Terendam bersama mereka yang rakus

Secuil puisi ini, mungkin sekarang sedang mewakili kegundahan yang dimilki semua orang tentang kampus. Selama ini menjadi tempat para lahirnya intelektuil. Calon penerus bangsa dan politikus rakus yang selalu memakan uang rakyat.

Ada apa sebenarnya di balik itu? Ada apa sebenarnya dengan kampus? 

Di dalam otak kecil saya yang baru saja saya gunakan tak lebih dari 10%. Saya mengelompokkan penghuni besar kampus menjadi dua, yakni dosen dan mahasiswa.

Terkadang ada dosen yang terlalu kurang ajar. Menganggap dirinya sebagai dewa. Serba tahu, padahal hanya sok tahu. Namun ada pula dosen yang sangat pengertian terhadap keadaan mahasiswa. Mampu mengerti seperti apa mahasiswa yang dihadapinya. Tidak menyamaratakan kemampuan yang dimiliki mahasiswa. 

Kali ini atau entah ke berapa ratus kalinya, saya merasa sangat kesal terhadap seorang dosen. Dosen tua yang seharusnya sudah pensiun, namun tetap mengajar dengan gaya feodalnya. Sehingga membuat mahasiswa semakin terpuruk. 

Anehnya sang dekan masih saja berpura-pura bangga memiliki dosen seperti itu.

Namun, saya lebih suka ketika saya membicarakan dosen yang lain. Yang lebih mengerti tentang keadaan mahasiswa. Dosen yang satu ini benar-benar saya sukai. Baik cara dia mengajar, maupun dari caranya mengeluarkan pendapat. Menggunakan hati. Memutuskan dengan logika yang tepat. 

Layaknya algoritma yang terlalu sulit untuk dipecahkan, namun dia dengan mudah menuntaskannya. Memiliki pendirian yang kuat dan keputusan yang memandang seseorang dengan nurani. 

Sepertinya tak ada habisnya ketika membicarakan masalah mengenai dosen.

Mahasiswa, atau yang lebih dikenal dengan calon intelektual/intelektuil muda. Selalu saja kerap dianggap manusia cerdas dan cendikia di segala bidang. Padahal itu semua salah dan nol besar. 

Mahasiswa sama dengan manusia lainnya. Bisa menjadi bodoh dan lupa. Di sisi lain, saya ingat ketika mahasiswa juga dianggap sebagai biang keonaran. Anarkis, yang sering membakar sesuatu ketika berdemonstrasi. 

Pada dasarnya, hal ini dilakukan karena mereka ingin mendapat perhatian lebih dan didengar aspirasinnya Selain itu mahasiswa sebagai kontrol sosial masyarakat memang sudah seharusnya memegang kendali penuh terhadap pemantauan jalannya sistem pemerintahan. 

Mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang netral. Sehingga kurang tepat apabila masyarakat langsung yang turun ke jalan menghantam pemerintah. Sebab, akan terjadi chaos ketika hal ini dibiarkan. 

Wajarlah apabila mahasiswa terlihat anarkis ketika sedang melakukan aksi, karena darah muda mereka sedang membara di hati yang mendidih. 

Mungkin pandangan seperti ini muncul karena ketidaktahuan dan kurangnya sumber. Saya meyakinkan bahwa saya tak memiliki sumber yang akurat. Namun saya punya sumber yang selalu dihormati semua orang, yakni pengalaman. 

Kampus sama halnya seperti pasar, terjadi pertukaran ilmu. Kecurangan sistem dan kebodohan semu. 

Soe Hok Gie pernah mengatakan "kalau kita berani melawan para pejabat yang korup, kenapa kita takut menghadapi dosen-dosen kita yang ngawur"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar