About

pencarian


elfaqar.blogspot.com - Terus melakukan pencarian. Entahlah ketemu atau tidak. Satu hal yang pasti, pencarian tidak akan pernah berakhir.

Akhirnya final tes sudah selesai. Saya merasa pesinis dengan hasil yg akan didapat, mungkin saja karena sebagian tugas kuliah yang saya kerjakan dengan setengah hati. Namun, pada akhirnya saya hanya bisa merasakan gerimis. Menerpa tubuh saya yang kering dan melanjutkan aktifitas seperti biasa. 

Pencarian masih terus berlanjut, kawan.

Masih teringat jelas dalam angan, ketika saya berkumpul bersama orang-orang intelektual yang berlomba mencari nilai setinggi-tingginya. 

Saya heran kenapa orang begitu berambisi untuk medapatkan penghargaan dari para dosen. Saat tes lisan saya melihat kawan sebelah benar-benar menghafal apa yg ada di dalam buku. Textbook thinking saya pikir. 

Orang yang selalu menuruti apa yang dikatakan oleh buku. Hanya mampu menghafalnya tanpa memahami makna dari yang dihafalkannya. 

Saya tidak merasa kagum, bahkan sebaliknya. Dia dengan lancar melafalkan kalimat dalam bahasa inggris tanpa tahu maknanya. Saya merasa bahwa itu merupakan sesuatu yang bodoh. 

Si jenius Einsten pernah berkata “untuk apa kita menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah ada di dalam buku”. Saya rasa dia ada benarnya. 

Tugas mahasiswa tidak hanya sekedar menghafal apa yang ada dan tertulis di dalam buku pelajarannya. Akan tetapi menerapkan ilmu lebih penting.
 
Menurut saya kurang baik, apabila kita terlalu terpaku kepada satu sumber. Kita haruslah bisa mengeksplorasi lebih lagi untuk mendapatkan makna yang lebih dalam dengan apa yang kita baca. Itulah menurut saya esensi yang begitu krusial saat kita membaca sebuah buku. 

Pencarian jati diri ini mungkin tidak akan perah berakhir sampai kapanpun. Bahkan sampai saya berada di alam barzah, yang katanyaa itu adalah masa dimana kita dikumpulkan dalam kehidupan setelah mati. Di sana lah keadilan yang benar-benar adil. Dijalankan oleh sang pencipta bumi dan langit.

Saya sempat menelusuri jejak pikiran saya sendiri ketika masih kuliah di semester 1. Saya pernah membaca sebuah e-book, bahwa sebenarnya bumi itu ada banyak. Setiap planet yang memiliki kehidupan disebut bumi, karena telah tertulis di dalam kita umat Islam. Air hanya diturunkan di bumi. Bukan di Mars, Pluto, ataupun Saturnus. 

Kenapa air? Karena air merupakan sumber penghidupan manusia. Saya rasa dimensi kehidupan tidak hanya ini saja. Bisa jadi kemunculan UFO merupakan bukti satu kehidupan yang lain di sisi bumi bagian lainnya.
 
Ada pula katanya dunia lain di bumi ini yg lebih canggih. Sesuai dengan apa yang saya dapat dari berbagai sumber, bahwa Kota Saranjana merupakan salah satu dunia lain di bumi ini. Semua yg ada di sana lebih modern dan lebih maju teknologinya. 

Pencarian memang tidak akan pernah berakhir, sampai kita menemukan kebenaran yang benar-benar nyata. Saya sendiri pun tidak tahu definisi sesungguhnya dari nyata itu apa. 

Ketika kita mengartikan nyata adalah sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Maka orang-orang religius akan menyangkal, karena Tuhan itu nyata. 

Pertarungan ideologi semacam ini sering menjadi pemicu perpecahan. Apalagi di bangsa Indonesia yang sangat multikultural. 

Saya berharap pencarian ini akan segera berakhir. Saya merasa letih tidak berdaya, ketika kenyataan menyatakan bahwa yang saya perjuangkan ini adalah sia-sia. Saya akan terus mencari walaupun nanti saat orang-orang telah 40 langkah meninggalkan dari peristirahatan saya yang kekal.

Pencarian

pencarian


elfaqar.blogspot.com - Terus melakukan pencarian. Entahlah ketemu atau tidak. Satu hal yang pasti, pencarian tidak akan pernah berakhir.

Akhirnya final tes sudah selesai. Saya merasa pesinis dengan hasil yg akan didapat, mungkin saja karena sebagian tugas kuliah yang saya kerjakan dengan setengah hati. Namun, pada akhirnya saya hanya bisa merasakan gerimis. Menerpa tubuh saya yang kering dan melanjutkan aktifitas seperti biasa. 

Pencarian masih terus berlanjut, kawan.

Masih teringat jelas dalam angan, ketika saya berkumpul bersama orang-orang intelektual yang berlomba mencari nilai setinggi-tingginya. 

Saya heran kenapa orang begitu berambisi untuk medapatkan penghargaan dari para dosen. Saat tes lisan saya melihat kawan sebelah benar-benar menghafal apa yg ada di dalam buku. Textbook thinking saya pikir. 

Orang yang selalu menuruti apa yang dikatakan oleh buku. Hanya mampu menghafalnya tanpa memahami makna dari yang dihafalkannya. 

Saya tidak merasa kagum, bahkan sebaliknya. Dia dengan lancar melafalkan kalimat dalam bahasa inggris tanpa tahu maknanya. Saya merasa bahwa itu merupakan sesuatu yang bodoh. 

Si jenius Einsten pernah berkata “untuk apa kita menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah ada di dalam buku”. Saya rasa dia ada benarnya. 

Tugas mahasiswa tidak hanya sekedar menghafal apa yang ada dan tertulis di dalam buku pelajarannya. Akan tetapi menerapkan ilmu lebih penting.
 
Menurut saya kurang baik, apabila kita terlalu terpaku kepada satu sumber. Kita haruslah bisa mengeksplorasi lebih lagi untuk mendapatkan makna yang lebih dalam dengan apa yang kita baca. Itulah menurut saya esensi yang begitu krusial saat kita membaca sebuah buku. 

Pencarian jati diri ini mungkin tidak akan perah berakhir sampai kapanpun. Bahkan sampai saya berada di alam barzah, yang katanyaa itu adalah masa dimana kita dikumpulkan dalam kehidupan setelah mati. Di sana lah keadilan yang benar-benar adil. Dijalankan oleh sang pencipta bumi dan langit.

Saya sempat menelusuri jejak pikiran saya sendiri ketika masih kuliah di semester 1. Saya pernah membaca sebuah e-book, bahwa sebenarnya bumi itu ada banyak. Setiap planet yang memiliki kehidupan disebut bumi, karena telah tertulis di dalam kita umat Islam. Air hanya diturunkan di bumi. Bukan di Mars, Pluto, ataupun Saturnus. 

Kenapa air? Karena air merupakan sumber penghidupan manusia. Saya rasa dimensi kehidupan tidak hanya ini saja. Bisa jadi kemunculan UFO merupakan bukti satu kehidupan yang lain di sisi bumi bagian lainnya.
 
Ada pula katanya dunia lain di bumi ini yg lebih canggih. Sesuai dengan apa yang saya dapat dari berbagai sumber, bahwa Kota Saranjana merupakan salah satu dunia lain di bumi ini. Semua yg ada di sana lebih modern dan lebih maju teknologinya. 

Pencarian memang tidak akan pernah berakhir, sampai kita menemukan kebenaran yang benar-benar nyata. Saya sendiri pun tidak tahu definisi sesungguhnya dari nyata itu apa. 

Ketika kita mengartikan nyata adalah sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Maka orang-orang religius akan menyangkal, karena Tuhan itu nyata. 

Pertarungan ideologi semacam ini sering menjadi pemicu perpecahan. Apalagi di bangsa Indonesia yang sangat multikultural. 

Saya berharap pencarian ini akan segera berakhir. Saya merasa letih tidak berdaya, ketika kenyataan menyatakan bahwa yang saya perjuangkan ini adalah sia-sia. Saya akan terus mencari walaupun nanti saat orang-orang telah 40 langkah meninggalkan dari peristirahatan saya yang kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar