About

Pertambangan Merusak Alam

Alam semakin rusak, manusia pun semakin pintar dalam menuai usahanya mencari rupiah walau mengorbankan bumi sebagai tumbalnya. Kalimantan Selatan terkenal dengan sumber daya alam yang begitu melimpah tampak sekali buminya akan habis dimakan tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Salah satu sumber daya alam yang cukup menjanjikan dan menggiurkan hasilnya dalam bisnis ialah dalam bidang pertambangan, khususnya batubara. Tidak henti-hentinya beberapa organisasi aktivis mahasiswa menyuarakan tentang masalah ini, namun tampaknya telinga para penguasa dan pemegang modal cukup kebal mendengar ocehan yang tak enak didengar.
Hampir di setiap daerah ketika kita melakukan perjalanan dari Banjarmasin sampai Kabupaten Kotabaru terlihat jelas dan terpampang dengan besar kalimat “Awas beberapa meter lagi kendaraan proyek” atau pun “kendaraan proyek keluar masuk”. Sempat terpikir dalam pikiran penulis bahwa bumi ini khususnya Kalsel sudah menjadi tempat proyek yang benar-benar menjanjikan bagi mereka yang berduit. Namun apa jadinya ketika bumi ini habis, apakah ingin tinggal di planet mars?
Banyak dampak negatif dari usaha pertambangan ini. Antara lain jalan menjadi rusak, erosi ketika hujan, hutan hampir punah dan banyak lainnya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan. Pemerintah propinsi pun seakan lepas tangan dengan keadaan tersebut. Ijin selalu diberikan tanpa melihat efek negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Ironi yang hampir membuat kita tertawa apabila kita melintasi jalan di sekitar daerah Kabupaten Tanah Bumbu, tepatnya di daerah Sungai Danau. Di pinggir jalan terpampang besar sebuah papan yang ada gambar bapak gubernur yang terhormat dan di sampingnya bertuliskan “Kelebihan muatan barang akan merusak jalan”, kira-kira begitulah yang tertulis di situ. Entahlah maksud apa yang tersirat, akan tetapi yang jelas dan sejauh pengetahuan penulis rusaknya jalan dikarenakan oleh truk-truk tambang yang mengangkut batubara yang ijinnya didapat dari pemerintah yang bersangkutan. Pihak berwajib pun tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan ada anggapan yang berkembang di dalam masyarakat bahwa ada oknum dari pihak yang berwajib memiliki sangkut paut dengan kerusakan lingkungan ini (semacam kong kali kong antara pengusaha tambang dan oknum tersebut).
Pastinya kita tak ingin keadaan seperti ini terus berlanjut dan berkelanjutan, karena akan berbahaya dengan kelangsungan kehidupan bumi yang sekarang kita tinggali. Seandainya semua kekayaan alam hilang di masa yang akan datang, apa yang dapat kita ceritakan ke anak cucu selain bobroknya perilaku dan moral manusia-manusia yang tak bertanggung jawab yang telah merusak alamnya sendiri.
Seorang teman mahasiswa pernah berceloteh, “apakah pejabat itu tak pernah naik motor kalau pulang kampung? Debu dimana-mana.” Tentu saja kita akan menertawakan pertanyaan bodoh dan polos seperti itu, tapi itu merupakan pertanyaan mendasar dimana para pejabat dan penguasa hanya sibuk dengan diplomasinya dan keglamoran yang ditampilkan ke permukaan tanpa memandang ke bawah akan nasib rakyat yang tak tahu apa-apa.
Sekali lagi, hal ini jangan sampai berkelanjutan. Tulisan ini pun mungkin hanya sekedar coretan kosong yang tak berarti apa-apa tanpa pemahaman yang luas. Sudah saatnya kita membuka pikiran dan kemampuan intelektual (bagi mereka yang merasa berpendidikan tinggi) untuk dapat melawan dan menanggapi kebijakan-kebijakan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh para penguasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar