CERPEN: BOSAN
Karya: Zulfikar (08 Nopember 2018) - elfaqar.blogspot.com
Masa Orientasi
Namaku Oktavianus. Kisah ini bermula saat aku baru duduk di kelas 1 SMK. Aku menempuh pendidikan di sebuah sekolah pertanian di pinggiran kota Pelaihari. Aku termasuk anak yang cepat bosan. Walaupun letaknya berada di pinggiran kota, namun sekolah ini memiliki lahan terluas se kabupaten Tanah Laut.
Pada hari pertama orientasi, kami diberi arahan tentang seluk beluk dan apa saja yang ada di sekolah.
Aku agak terkejut setelah mendengar pemaparan dari beberapa guru, karena kami akan tinggal di asrama. Karena ini adalah peternakan, maka tidak akan ada hari libur seperti sekolah pada umumnya.
Katanya sih untuk mengembangkan kemampuan dalam hal pertanian dan peternakan.
Setelah berjalan cukup jauh dari ruang kelas, sampailah kami di kandang sapi. Perutku tiba-tiba saja mual, kepalaku pusing dan mau muntah rasanya.
Aku tidak terbiasa dengan bau kandang sapi. Mendadak dari belakang seperti ada seseorang yang menarik bajuku.
Aku berpaling, ternyata seekor anak sapi yang masih berumur beberapa bulan sedang menggigit dan menarik-narik baju belakangku.
Aku benar-benar terkejut. Ternyata anak sapi tersebut kandangnya sedang diganti jeraminya, makanya berada di luar.
“Apa harus kutangkap saja”, pikirku dalam hati. Aku berusaha menangkapnya, tapi sepertinya anak sapi itu terlihat lebih lincah dari dugaanku.
Tanpa sadar aku mengejarnya, ternyata aku sudah berada di luar ruangan. Seperti di padang rumput luas.
“Apa aku tersesat?” tanyaku sendiri dalam hati.
Mataku menatap tajam ke arah anak sapi yang tadi ku kejar. Dengan perasaan kesal dan marah aku menyalahkannya.
“Ini semua salahmu, jika ada beruang muncul akan kukorbankan dirimu”, teriakku kepada anak sapi itu.
Tiba-tiba saja aku mendengar sesuatu dari balik pepohonan. Sebuah sosok besar, tinggi, dan matanya terlihat seperti menyala menghampiriku.
Ternyata itu adalah seekor kuda dan penunggangnya seorang siswa juga sepertiku. Namanya Rika, berasal dari keluarga peternak sapi dan kuda.
Di dalam perjalanan kembali ke kelas, ia menjelaskan bahwa sebaiknya aku menggunakan ember makanan untuk menangkap anak sapi tersebut. Bukan malah mengejarnya.
“Binatang itu larinya akan tambah cepat jika dikejar”, ujarnya.
“Kenapa kuda?”, tanyaku heran.
Aku baru pertama kali melihat seorang wanita menunggang kuda sebesar ini.
“Dengan kuda aku bisa kemana saja”, jawabnya santai.
“Hebat sekali kau bisa mengendalikan kuda sebesar ini”, pujiku.
“Dia ini kuda bajak, aku sudah menungganginya sejak kecil, jadi sudah terbiasa”, katanya lagi.
Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang dirinya dan keluarganya yang memiliki peternakan kuda dan sapi, karena itulah ia bersekolah disini.
Anak Kota
Hari berikutnya. Suasana kelas cukup gaduh, rasanya seperti berada di tengah pasar. Seorang guru masuk ke kelas kami, namanya pak Mardani.
Beliau akan menjadi wali kelas kami selama setahun ke depan. Setiap orang yang ada di kelas mulai memperkenalkan dirinya masing-masing.
Alasan mereka masuk sekolah ini pun berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi dokter hewan, ada yang ingin belajar manajemen bisnis pertanian dan membangun peternakan kelas dunia.
Namun, sebagian besar dari mereka yang rata-rata sudah berasal dari keluarga peternak dan petani akan mewarisi usaha keluarganya. Oleh karena itu, mereka memilih sekolah di sini.
Hingga tiba giliranku memperkenalkan diri,
“Namaku Oktavianus Wijayanto, aku berasal dari SMP 13 Jakarta Barat”, ucapku.
Ada yang berbisik di belakangku, “waw ada anak kota sekolah di desa”, bisik mereka.
Agak risih rasanya ketika mereka berbisik-bisik membicarakan tentang asal sekolahku yang dulu.
Sebenarnya tujuanku bersekolah di sini hanyalah untuk keluar dari rumah. Aku merasa bosan dengan keluargaku sendiri.
Ayah dan ibu terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Kebetulan kepala sekolahku saat di SMP yang menyarankan sekolah ini kepadaku, mungkin beliau ingin aku jadi petani.
Di kelas, pak Mardani membagi kami menjadi 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Ini adalah kelompok untuk 3 tahun ke depan.
Kringggggg!!!!.... bunyi jam waker terasa memekakkan telinga. Aku terbangun, ternyata semua ini hanya mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar