About

Apakah IKMA kehilangan arah?

Malam yang dingin ternyata tak benar2 membuat pikiranku cukup sejuk. Semakin menjadi-jadi ketika membuka wall di grup FB IKMA Tanbu. Membuatku semakin gerah saja. Hehe… itu hanya sekedar intermezzo. Benarkah yg aku takutkan selama ini terjadi, roda organisasi ini sepertinya berputar, dan di sisi lain tampak stuck. Aku di sini tidak berusaha menyalahkan siapa2. Baik itu pembaca, pemerintah, ataupun pengurus organisasi ini. Hanya saja kekecewaan di mata mahasiswa biasa sepertiku ini tak dapat ku tahan. Saat ini aku hanya bias menghela nafas tanpa tahu apakah harus menghembuskan kembali atau tidak.
Mohon maaf saja apabila ada kesalahan di dalam sastra kampungan di atas, toh aku hanya manusia biasa dan tak punya referensi khusus. Ok dah, langsung saja ketika membuka grup ini tak sedikit aku lihat keluhan dari kawan2 mahasiswa ataupun non mahasiswa tentang keberadaan organisasi ini. Khususnya di dalam menanggapi permasalahan mengenai lingkungan di daerah pertambangan yg semakin menjadi2 kurasa.
Sepertinya IKMA hanya sibuk mengurusi masalah fasilitas, beasiswa dan segala tetek bengek yg seharusnya sudah dipersiapkan secara individual oleh mahasiswa yg bersangkutan. Aku heran, apakah pengurus IKMA hanya terdiri dari orang2 yg sedikit. Ataukah orang2 yg tak mau tahu dengan kenyataan yg terjadi sekarang? Bukan menghakimi atau mendiskriminasi ataupun mensodomi (bercanda, hehe). Hanya saja sebaiknya kita melihat dengan cara yg lain. Pikirkanlah bahwa mahasiswa tidak hanya memiliki tanggung jawab di satu sisi, yakni menjadi sarjana yg berprestasi. Akan tetapi, menjadi kontrol sosial masyarakat. Soe hok gie pernah mengatakan “kalau rakyat Indonesia terlalu melarat, maka secara “natural” mereka akan bergerak sendiri. Dan kalau ini terjadi maka akan terjadi chaos. Lebih baik kalau mahasiswa yg bergerak”. Aku rasa itu bukan sebuah kutipan kalimat yg kosong. Mahasiswa turun bukan berarti harus demo ataupun unjuk rasa yg dikenal anarkis oleh masyarakat saat ini. Akan tetapi, gunakanlah intelektualitas dalam memecahkan permasalahan sosial yg tujuannya untuk masyarakat. Sekali lagi untuk masyarakat, kenapa aku menekankan pada kalimat tersebut. Karena aku tahu selalu saja ada kepentingan yg lain di dalam sebuah kelompok intelegensia. Khususnya kepentingan pihak2 luar yg tak perlu kusebutkan di sini.
Kembali kepada permasalahan inti. Kenapa ya IKMA lama sekali jalanya, seperti keong, atau ulat bulu mungkin. Bukannya ingin menghina, tetapi jelas sekali keadaan yg tidak kondusif seperti ini memicu otakku untuk selalu berfikir tentang esensi pembentukan organisasi ini. Sekedar ingatan sekilas, bahwa pada awal pendirian kembali organisasi ini, aku sudah mengingatkan akan tujuan utama dan manfaat pendiriannya. Jangan sampai mereka menjadi pewaris orde baru sejati yg bisanya hanya menyengsarakan rakyat dan bersenang2 dengan segala fasilitas yg ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar