elfaqar - Senin, 25 Oktober 2021. Saya agak gusar belakangan ini, melihat beberapa postingan di dunia maya yang semakin brutal. Pamer harta benda, kemudian memberikannya kepada orang-orang miskin.
Sebagian dari kalian mungkin berpikir bahwa saya hanya iri
saja, karena tidak mampu melakukan hal serupa. Seperti itu mungkin ada di dalam
lubuk pikiran terdalam, walau hanya sepersekian persen.
Entah siapa yang memulainya dan kapan ini bermula, orang-orang
kaya mulai berderma dan merekam hal tersebut di gadget mereka kemudian
menyebarkannya di media sosial.
Awalnya saya senang melihat perilaku seperti itu, namun lama
kelamaan saya mulai heran. Kemudian muncul beragam pertanyaan di otak kecil
ini.
Haruskah memerkan diri saat berderma, bersedakah, dan
membantu orang-orang miskin?
Jika cerita Zorro dan Robin Hood itu nyata, apakah mereka
akan bersikap sama seperti itu?
Jika dunia modern dan gadget canggih sudah ada di masa
sahabat Nabi, apa mungkin Umar bin Khattab akan melakukan hal yang sama?
Kurangkah Raqib sebagai pencatat amal kebajikan dan Tuhan
sebagai saksinya?
Fenomena ini masih berlangsung hingga sekarang, merambah ke
dunia artis dan influencer khususnya di Ibukota. Sebut saja Baim Wong, Atta
Halilintar dan sederet nama lainnya yang saya lupa namanya.
Tidak ada yang salah dari perbuatan baik mereka kepada orang
yang kurang mampu, namun lama kelamaan fenomena pamer sedekah ini membuat saya
muak.
Begitu sangat inginkah mereka memiliki penonton yang banyak
di channel youtube nya? Sampai-sampai harus memamerkan segalanya di khalayak
ramai.
Begitu sulitkah menyembunyikan perbuatan baik dari tangan
kiri?
Entahlah saya tidak begitu mengerti pikiran orang-orang kaya.
mungkin ada dua hal dalam pamer sedekah; soal eksistensi--ingin diakui tak peduli urusan pahala, dan soal; memancing empat--maksud saya, dengan dersanya pamer sedekah, siapa tau ada yang tak kepikiran untuk sedekah tiba-tiba jadi ingin sedekah. meskipun bisa terpapar ria, tapi mungkin bisa juga diambil sisi positif--apalagi kalau orang beranggapan kebaikan itu tak ada salahnya meskipun pamer--ya sudahlah, begitulah jaman dan waktu punya ide dan gagasan--ulasan yang keren lho artikel ini--kritis, saleum ;)
BalasHapus