About

Pulang Kampung ke Kotabaru, Ada Hal yang Tidak Pernah Berubah

elfaqar - Setelah beberapa tahun tidak melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman, akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk pulang kampung.


Tepatnya 30 Mei lalu, kami sekeluarga berangkat ke tanah kelahiran saya, Kotabaru, pulau tersendiri di ujung pulau Kalimantan sebelah Selatan. 


Perjalanan memakan waktu sekitar 6 hingga 8 jam ke Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu. Kemudian dilanjutkan perjalanan menyeberang menggunakan kapal feri sekitar 30-45 menit. Lanjut lagi perjalanan darat dari pelabuhan ke destinasi tujuan sekitar 1-2 jam. Jadi total perjalan memakan waktu sekitar 8-12 jam, tergantung kondisi saat di perjalanan.


Suasana jalanan menuju ke sana masih seperti dulu, melewati beberapa kabupaten dan kecamatan. Setelah masuk ke daerah Kabupaten Tanah Bumbu, kita akan disambut dengan barisan pohon karet dan sawit di kiri dan kanan jalan raya.


Ketika sampai di Kabupaten Kotabaru, tidak ada perubahan yang berarti, jalanan masih saja gelap gulita. Rumah saya berjarak sekitar 40km dari pelabuhan, sepanjang perjalanan lebih kurang 40km tersebut kita seolah akan melewati rimba yang cukup lebat.


Hutan yang lebat di kiri dan kanan jalan, serta tidak ada penerangan. Hal tersebut membuat suasana semakin mencekam di sepanjang perjalanan pulang.


Sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya saya dengan sebuah bangunan yang berdiri hampir tepat berada di depan rumah.


Sebuah bangunan yang hampir selalu kita temui di semua daerah di Indonesia. Sebuah tempat yang membuat mati usaha warungan masyarakat asli. Ya, Indomaret ada di seberang rumah saya.


Kita tidak akan mampu menolak perubahan, walau bagaimanapun caranya. Semua yang ada dan pernah tumbuh di masa lalu, haruslah berganti sesuai dengan perkembangan zaman. Kehadiran Indomaret di depan rumah, menjadi salah satunya.


Saya rasa cukup banyak hal positif dengan kehadiran Indomaret. Selain memudahkan warga sekitar untuk berbelanja, juga membuat terang sekitar jalan yang sebelumnya lumayan gelap gulita.


Sinaran lampu neon yang keluar dari bangunan tersebut cukup menarik perhatian, tidak sedikit mobil dan motor dari arah luar kota yang berhenti di tempat tersebut.


Saya kira cukuplah intermezzo di atas menggambarkan kepulangan saya ke kampung halaman. Saya ingin bercerita sedikit tentang apa yang tidak berubah dengan tanah kelahiran saya tersebut.

 


Jalanan Pegunungan

Satu hal yang menjadi ciri khas dari daerah asal saya, yaitu pegunungan. Terkenal dengan sebutan “Bamega” yang berarti gunung di atas awan. Perjalanan melewati pegunungan baru terasa ketika kita sudah keluar dari pelabuhan, saat itulah petualangan dimulai. Kamu penasaran? Yuk berkunjung.


 

Jalanan Gelap Gulita Sepanjang  40KM

Jika kamu baru sampai di seberang pelabuhan sekitar habis magrib, kemungkinan besar kamu harus siap-siap dengan penerangan yang cukup di kendaraan yang kamu naiki. Di sepanjang hampir 40KM tersebut merupakan area yang cukup rawan. Selain bentuk geografis yang naik turun, salah satu tantangan terberatnya ialah tidak adanya lampu jalan yang menyala sepanjang 40KM. Tidak heran jika daerah tersebut rawan terjadi kecelakaan.

 

Laut Biru

Kotabaru kerap menjadi destinasi wisata, baik itu pelancong yang berasal dari Banjarmasin maupun luar Banjarmasin. Walaupun terkenal dengan sebuat “Gunung Bamega”, namun yang menjadi salah satu penarik perhatiannya ialah pantai dan laut. Pantai dan laut tersebut dapat kita temukan di sepanjang jalan beberapa desa yang ada di kotabaru.


Keindahannya tidak kalah jauh dengan beberapa pantai yang ada di Indonesia, sulitnya akses menjadi penentu kenapa air laut di Kotabaru masih terjaga.


laut biru kotabaru


Pembangunan di daerah kotabaru memang bisa dikatakan sangat lamban, bahkan jika kita membandingkan dengan kabupaten tetangganya yaitu Tanah Bumbu, mungkin saja Kotabaru tertinggal 10 tahun. Hal ini disebabkan karena letak geografis, sehingga menyulitkan akses dari luar untuk masuk, ataupun bisa juga karena faktor lain. Namun saya bersyukur tentang hal tersebut. Kenapa begitu?


Dikarenakan lambannya pembangunan, tidak banyak polusi yang dihasilkan. Hal tersebut berpengaruh terhadap ekosistem alam yang ada di Kotabaru. Hasilnya, air laut masih terlihat bersih, bahkan hutan dan pegunungan masih banyak yang rimbun dan memproduksi udara segar. Walaupun beberapa tahun terakhir batu-batu yang ada di pegunungan di Kotabaru mulai dikeruk, entah mau dibuat apa nantinya. Saya harap pemerintah daerah setempat perhatian tentang hal tersebut.

 

Kendaraan Berkecepatan Tinggi

Bentuk geografis membuat jalan-jalan di kotabaru, khususnya jalan dari pelabuhan ke pusat kota memiliki banyak turunan dan tanjakan yang cukup curam. Maka dari itu, jika kamu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang normal bukan tidak mungkin kendaraanmu tidak sanggup dengan tanjakan yang ada.


Bahkan baru-baru ini ada kejadian truk tidak kuat nanjak dan berjalan mundur yang mengakibatkan kecelakaan. Jadi, kendaraan yang berkecepatan tinggi di Kotabaru bukan semata-mata ingin kebut-kebutan saja. Namun bentuk geografis daerah tersebut memang menuntut hal sedemikian rupa.

 

Dari empat hal yang sudah saya ceritakan di atas, sebenarnya masih banyak lagi yang tidak berubah dari Kabupaten Kotabaru. Namun, saya rasa 4 hal di atas merupakan perwakilan dari semuanya. O, iya ada satu hal mencolok yang berbeda sejak beberapa tahun lalu saya melewati jalan dari pelabuhan ke rumah. Yaitu munculnya 2 buah SPBU tambahan di jalan tersebut. Konon kabarnya SPBU tersebut milik bupati yang dulu menjabat, dan sekarang terpilih lagi. WOW!!!

Pulang Kampung ke Kotabaru, Ada Hal yang Tidak Pernah Berubah

Pulang Kampung ke Kotabaru, Ada Hal yang Tidak Pernah Berubah

elfaqar - Setelah beberapa tahun tidak melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman, akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk pulang kampung.


Tepatnya 30 Mei lalu, kami sekeluarga berangkat ke tanah kelahiran saya, Kotabaru, pulau tersendiri di ujung pulau Kalimantan sebelah Selatan. 


Perjalanan memakan waktu sekitar 6 hingga 8 jam ke Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu. Kemudian dilanjutkan perjalanan menyeberang menggunakan kapal feri sekitar 30-45 menit. Lanjut lagi perjalanan darat dari pelabuhan ke destinasi tujuan sekitar 1-2 jam. Jadi total perjalan memakan waktu sekitar 8-12 jam, tergantung kondisi saat di perjalanan.


Suasana jalanan menuju ke sana masih seperti dulu, melewati beberapa kabupaten dan kecamatan. Setelah masuk ke daerah Kabupaten Tanah Bumbu, kita akan disambut dengan barisan pohon karet dan sawit di kiri dan kanan jalan raya.


Ketika sampai di Kabupaten Kotabaru, tidak ada perubahan yang berarti, jalanan masih saja gelap gulita. Rumah saya berjarak sekitar 40km dari pelabuhan, sepanjang perjalanan lebih kurang 40km tersebut kita seolah akan melewati rimba yang cukup lebat.


Hutan yang lebat di kiri dan kanan jalan, serta tidak ada penerangan. Hal tersebut membuat suasana semakin mencekam di sepanjang perjalanan pulang.


Sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya saya dengan sebuah bangunan yang berdiri hampir tepat berada di depan rumah.


Sebuah bangunan yang hampir selalu kita temui di semua daerah di Indonesia. Sebuah tempat yang membuat mati usaha warungan masyarakat asli. Ya, Indomaret ada di seberang rumah saya.


Kita tidak akan mampu menolak perubahan, walau bagaimanapun caranya. Semua yang ada dan pernah tumbuh di masa lalu, haruslah berganti sesuai dengan perkembangan zaman. Kehadiran Indomaret di depan rumah, menjadi salah satunya.


Saya rasa cukup banyak hal positif dengan kehadiran Indomaret. Selain memudahkan warga sekitar untuk berbelanja, juga membuat terang sekitar jalan yang sebelumnya lumayan gelap gulita.


Sinaran lampu neon yang keluar dari bangunan tersebut cukup menarik perhatian, tidak sedikit mobil dan motor dari arah luar kota yang berhenti di tempat tersebut.


Saya kira cukuplah intermezzo di atas menggambarkan kepulangan saya ke kampung halaman. Saya ingin bercerita sedikit tentang apa yang tidak berubah dengan tanah kelahiran saya tersebut.

 


Jalanan Pegunungan

Satu hal yang menjadi ciri khas dari daerah asal saya, yaitu pegunungan. Terkenal dengan sebutan “Bamega” yang berarti gunung di atas awan. Perjalanan melewati pegunungan baru terasa ketika kita sudah keluar dari pelabuhan, saat itulah petualangan dimulai. Kamu penasaran? Yuk berkunjung.


 

Jalanan Gelap Gulita Sepanjang  40KM

Jika kamu baru sampai di seberang pelabuhan sekitar habis magrib, kemungkinan besar kamu harus siap-siap dengan penerangan yang cukup di kendaraan yang kamu naiki. Di sepanjang hampir 40KM tersebut merupakan area yang cukup rawan. Selain bentuk geografis yang naik turun, salah satu tantangan terberatnya ialah tidak adanya lampu jalan yang menyala sepanjang 40KM. Tidak heran jika daerah tersebut rawan terjadi kecelakaan.

 

Laut Biru

Kotabaru kerap menjadi destinasi wisata, baik itu pelancong yang berasal dari Banjarmasin maupun luar Banjarmasin. Walaupun terkenal dengan sebuat “Gunung Bamega”, namun yang menjadi salah satu penarik perhatiannya ialah pantai dan laut. Pantai dan laut tersebut dapat kita temukan di sepanjang jalan beberapa desa yang ada di kotabaru.


Keindahannya tidak kalah jauh dengan beberapa pantai yang ada di Indonesia, sulitnya akses menjadi penentu kenapa air laut di Kotabaru masih terjaga.


laut biru kotabaru


Pembangunan di daerah kotabaru memang bisa dikatakan sangat lamban, bahkan jika kita membandingkan dengan kabupaten tetangganya yaitu Tanah Bumbu, mungkin saja Kotabaru tertinggal 10 tahun. Hal ini disebabkan karena letak geografis, sehingga menyulitkan akses dari luar untuk masuk, ataupun bisa juga karena faktor lain. Namun saya bersyukur tentang hal tersebut. Kenapa begitu?


Dikarenakan lambannya pembangunan, tidak banyak polusi yang dihasilkan. Hal tersebut berpengaruh terhadap ekosistem alam yang ada di Kotabaru. Hasilnya, air laut masih terlihat bersih, bahkan hutan dan pegunungan masih banyak yang rimbun dan memproduksi udara segar. Walaupun beberapa tahun terakhir batu-batu yang ada di pegunungan di Kotabaru mulai dikeruk, entah mau dibuat apa nantinya. Saya harap pemerintah daerah setempat perhatian tentang hal tersebut.

 

Kendaraan Berkecepatan Tinggi

Bentuk geografis membuat jalan-jalan di kotabaru, khususnya jalan dari pelabuhan ke pusat kota memiliki banyak turunan dan tanjakan yang cukup curam. Maka dari itu, jika kamu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang normal bukan tidak mungkin kendaraanmu tidak sanggup dengan tanjakan yang ada.


Bahkan baru-baru ini ada kejadian truk tidak kuat nanjak dan berjalan mundur yang mengakibatkan kecelakaan. Jadi, kendaraan yang berkecepatan tinggi di Kotabaru bukan semata-mata ingin kebut-kebutan saja. Namun bentuk geografis daerah tersebut memang menuntut hal sedemikian rupa.

 

Dari empat hal yang sudah saya ceritakan di atas, sebenarnya masih banyak lagi yang tidak berubah dari Kabupaten Kotabaru. Namun, saya rasa 4 hal di atas merupakan perwakilan dari semuanya. O, iya ada satu hal mencolok yang berbeda sejak beberapa tahun lalu saya melewati jalan dari pelabuhan ke rumah. Yaitu munculnya 2 buah SPBU tambahan di jalan tersebut. Konon kabarnya SPBU tersebut milik bupati yang dulu menjabat, dan sekarang terpilih lagi. WOW!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar