About

bantuan psbb


elfaqar - Sebelum membaca harap pastikan tidak terbawa suasana, karena ini hanya tulisan receh. Bukan sebuah karya ilmiah, apalagi produk jurnalistik. Ini berhubungan dengan bantuan PSBB yang menjadi polemik.

Baru saja terbit sebuah berita di sebuah media online dengan judul Tak Terima Bantuan PSBB, Warga Banjarmasin Wajib Lapor. Terbit di media online yang saya sendiri bahkan bekerja di dalamnya.

Agak gusar ketika melihat judulnya, apalagi setelah melihat isi beritanya. Dana yang digelontorkan oleh pusat ternyata tidak tanggung-tanggung, sebanyak 33 miliar rupiah. 

Terlebih saya bukan golongan orang yang menerima bantuan tersebut. Padahal gaji yang saya terima setiap bulan saja masih di bawah rata-rata upah minimum. 

Saya sadar bahwa mungkin pekerjaan saya di perusahaan tidak terlalu penting-penting amat. Wajar jika mendapat gaji yang seadanya.

Balik lagi ke berita tersebut. Di dalam berita, seakan-akan ketua RT harus sigap mendata warganya. Jika ada warga yang belum terdata, sebaiknya langsung mengajukan, sesuai kriteria.

Namun kenyataan di lapangan sungguh berbeda. Berikut kenyataan yang saya sendiri alami di lapangan,

1. Ketua RT Tidak Tanggap

Komplek tempat saya tinggal mungkin bisa digolongkan ke dalam menengah ke atas. Melihat dari beberapa rumah yang menurut saya sudah terlihat mewah. Bahkan saya sendiri tinggal di rumah yang lumayan cukup besar, walau hanya mengontrak.

Saya katakan ketua RT tidak tanggap, karena beliau sendiri tidak tahu bahwa bantuan kepada warganya harus diambil ke kelurahan setempat. Selain itu, Ketua RT tidak pernah mendata warganya untuk bisa mendapatkan bantuan terkait pandemi yang sedang terjadi.

2. Kelurahan Seolah Bermain 

Saya katakan "seolah" bermain. Bantuan langsung dari kelurahan namun dibatasi hanya 20 kepala keluarga oleh kelurahan. Apakah memang benar seperti itu?

Saya pribadi tidak tahu apakah keluarga saya perlu menerima bantuan tersebut atau bagaimana. Melihat ekonomi keluarga yang keadaannya seperti judul lagu bang Haji Oma "Tutup lobang, gali lobang".

Itu sekelumit polemik soal bantuan PSBB yang sedang berlangsung. Semoga teman-teman dari daerah lain tidak mengalaminya.

Polemik Bantuan PSBB

bantuan psbb


elfaqar - Sebelum membaca harap pastikan tidak terbawa suasana, karena ini hanya tulisan receh. Bukan sebuah karya ilmiah, apalagi produk jurnalistik. Ini berhubungan dengan bantuan PSBB yang menjadi polemik.

Baru saja terbit sebuah berita di sebuah media online dengan judul Tak Terima Bantuan PSBB, Warga Banjarmasin Wajib Lapor. Terbit di media online yang saya sendiri bahkan bekerja di dalamnya.

Agak gusar ketika melihat judulnya, apalagi setelah melihat isi beritanya. Dana yang digelontorkan oleh pusat ternyata tidak tanggung-tanggung, sebanyak 33 miliar rupiah. 

Terlebih saya bukan golongan orang yang menerima bantuan tersebut. Padahal gaji yang saya terima setiap bulan saja masih di bawah rata-rata upah minimum. 

Saya sadar bahwa mungkin pekerjaan saya di perusahaan tidak terlalu penting-penting amat. Wajar jika mendapat gaji yang seadanya.

Balik lagi ke berita tersebut. Di dalam berita, seakan-akan ketua RT harus sigap mendata warganya. Jika ada warga yang belum terdata, sebaiknya langsung mengajukan, sesuai kriteria.

Namun kenyataan di lapangan sungguh berbeda. Berikut kenyataan yang saya sendiri alami di lapangan,

1. Ketua RT Tidak Tanggap

Komplek tempat saya tinggal mungkin bisa digolongkan ke dalam menengah ke atas. Melihat dari beberapa rumah yang menurut saya sudah terlihat mewah. Bahkan saya sendiri tinggal di rumah yang lumayan cukup besar, walau hanya mengontrak.

Saya katakan ketua RT tidak tanggap, karena beliau sendiri tidak tahu bahwa bantuan kepada warganya harus diambil ke kelurahan setempat. Selain itu, Ketua RT tidak pernah mendata warganya untuk bisa mendapatkan bantuan terkait pandemi yang sedang terjadi.

2. Kelurahan Seolah Bermain 

Saya katakan "seolah" bermain. Bantuan langsung dari kelurahan namun dibatasi hanya 20 kepala keluarga oleh kelurahan. Apakah memang benar seperti itu?

Saya pribadi tidak tahu apakah keluarga saya perlu menerima bantuan tersebut atau bagaimana. Melihat ekonomi keluarga yang keadaannya seperti judul lagu bang Haji Oma "Tutup lobang, gali lobang".

Itu sekelumit polemik soal bantuan PSBB yang sedang berlangsung. Semoga teman-teman dari daerah lain tidak mengalaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar