About

Social Experiment - Humanesia

elfaqar.blogspot.com - Rabu, 31 Oktober 2018. pukul 2 pagi. Mata saya masih belum menandakan rasa kantuk, mungkin 1 jam lagi saya duduk di depan layar ini. Kali ini saya masih membicarakan tentang manusia. Saya melakukan social experiment secara mendadak tadi malam. Respon yang didapatkan pun cukup positif dari beberapa warga Banjarmasin.

Social Experiment

Silahkan Simak Social Experiment berikut ini

Baru saja tadi malam saya pulang kerja, benar-benar malang menimpa. Baru beberapa ratus meter meninggalkan kantor, motor tiba-tiba ngadat. Saat itu Momo dan Aqdil kawan sekantor saya masih berada di belakang. Saya berhenti untuk melihat apa yang terjadi dengan motor. 

Mereka berdua menyinggahi saya, saya menduga fanbelt nya putus lagi, Momo pun berasumsi demikian. 

"Aku carikan bengkel dulu", kata Momo. Sembari menunggu, saya meneruskan jalan dengan Aqdil mendorong dari belakang. 

Baru beberapa puluh meter, saya berhenti. "Tunggu di sini saja", kata saya. 

Seorang tukang ojek sebelumnya mengatakan bahwa di Komplek Bumi Mas ada bengkel yang buka sampai malam, dan spare part nya lumayan komplit. 

Selang beberapa waktu, Momo kembali. Dia bilang semua bengkel tutup. 

"Ya sudah lah, aku dorong saja sampai rumah, walaupun ada bengkel belum tentu ada spare partnya", kata saya pasrah.

Lalu saya teruskan mendorong motor, sambil meninggalkan mereka yang masih berdiskusi. Entah apa yang mereka diskusikan. 

Seorang Mahasiswa

Sekitar beberapa puluh meter, ada seorang anak muda menghampiri saya. Sepertinya mahasiswa yang baru pulang kuliah, karena di sekitar situ ada kampus swasta. 

"Motornya kenapa?", tanyanya. 

"Fanbelt nya putus", kata saya. 

Dia menawarkan diri untuk membantu mendorong sampai bengkel. 

"Tidak usah", kata saya. 

Karena saya tahu, mencari bengkel malam-malam agak susah. Lagian saya tidak ingin merepotkannya. Namun dia memaksa, dan saya iyakan saja.

Masuk ke dalam Komplek Bumi Mas, sampai di depan bengkel, kemudian ia pergi. Ternyata di bengkel tersebut spare part nya sedang kosong. 

Saya lanjut berjalan mendorong motor, melewati beberapa bengkel dan tikungan sepi. Sampai ke daerah Lingkar Selatan. 

Seorang Pemuda

Rasanya aneh saya seperti jalan-jalan malam sambil menuntun sepeda motor. Di jalan sepi itu, seorang pemuda singgah lagi menghampiri saya. Keadaan saya saat itu memang menimbulkan rasa kasihan, wajar jika ada yang ingin menolong. 

Tapi saya sudah terbiasa mogok di jalan, bahkan di tempat paling sunyi sekalipun saya pernah mengalaminya. Jadi, hal ini bukan sesuatu yang baru lagi buat saya.

Dia menawarkan bantuan, saya mencoba menolak. Ia memaksa, dan saja iya kan. 

Sampai ke perempatan flyover, ia berbelok ke arah Banjarbaru. 

Saya meneruskan perjalanan ke dalam kota, baru beberapa meter saya menikmati kesendirian menuntun motor, datang lagi seorang pemuda. 

Ojek Online

Saya lihat ia mengenakan jaket ojek online. Dia menawarkan bantuan, dan lagi-lagi saya menolak, dan lagi-lagi saya terima bantuannya. Kali ini di dorongnya sampai Pasar Kuripan. 

Ketika di pertigaan saya berencana mau belok ke kiri, arah pulang. Tapi disuruhnya belok ke kanan, katanya di sana ada bengkel. Saya nurut saja.

Setelah melewati lampu merah Gatot Subroto, kami melanjutkan ke arah Sungai Lulut. Ternyata banyak yang tutup, kemudian kami putar balik. 

Saya bilang sampai sini saja, terima kasih. Dia pun meninggalkan saya, Saya melanjutkan perjalanan, melewati lampu merah gatot subroto belok ke kanan, arah Jl. Sultan Adam. 

Orang Tua Misterius

Baru beberapa ratus meter, ada seorang tua seperti sudah menunggu saya. Dia kira bensin motor saya habis, saya bilang fanbelt nya putus. Mungkin beliau masih kurang paham, tapi beliau menawarkan bantuan mendorong dan kebetulan daerah tempat tinggal kami sama, di Desa Berangas. 

Sampai di sekitar kantor Capil, saya berhenti karena ada bengkel. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya pulang.

Setelah motor di bongkar oleh mekanik ternyata fanbelt tidak putus, tapi roller sudah hancur lebur. 

"Saya ada roller cadangan", kata saya. 

"70ribu rupiah, kamu terima beres," kata bos nya. 

Saya pun terkejut, karena biasanya untuk servis CVT dengan spare part dari kita tidak semahal itu. 

Tapi daripada jalan pulang kaki, saya iya kan saja. Padahal di dompet uang tinggal 50ribu, untung ada uang jualan pulsa yang saya simpan di kantong sebelahnya.

Setelah selesai, langsung saya bergegas menuju arah pulang. Tidak lupa beli es batu, saya kehausan karena menahan dahaga saat jalan-jalan dengan motor yang mogok tadi.

Tidak ada hal menarik lain lagi yang saya temui di jalan. Dalam perjalanan pulang saya bergumam, "untung saya tidak ambil lembur tadi".
 
Dapat ditarik kesimpulan tingkat kepedulian warga Banjarmasin masih cukup tinggi terhadap orang yang sedang kesusahan walaupun mereka tidak mengenalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar