About

elfaqar.blogspot.com - Sekarang hampir jam 12 malam. Malam ini pergantian tahun dari tahun 2015 ke tahun 2016. Harapan kosong di 2016 semakin nyata terlihat.

Harapan Kosong di 2016

Seperti biasa, seolah sudah menjadi tradisi yang membatu di kepala orang-orang. Mereka keluar rumah merayakan pergantian tahun. Setidaknya itulah yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini. 

Meniup terompet, menyalakan petasan, membakar kembang api dan berbuat gaduh lainnya. Tradisi ini kemungkinan besar akan turun temurun ke anak cucu mereka nantinya. Semoga keturunan saya tidak termasuk ke dalamnya. 

Seolah sudah apatis terhadap keadaan ini. Saya tidak lagi menghiraukan apa yang sedang terjadi, ketika malam menjelang tahun yang baru. Saya berpikir bahwa kritik yang saya lontarkan di media sosial seakan tidak merubah keadaan. Pemikiran kelompok minoritas selalu tersisihkan. 

Mungkin saja karena negara ini menganut sistem demokrasi. Saya tidak menyalahkan sistemnya, saya hanya kecewa kepada para manusia yang menjalankannya. Seolah-olah pelajaran teori tentang tenggang rasa dan empati yang diajarkan di sekolah dahulu tidak masuk ke kepala mereka.

Dentum petasan semakin keras terdengar di telinga. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam. Teriakan demi teriakan dari orang-orang yang merayakan tahun baru semakin keras pula. 

Pada akhirnya, tahun yang baru telah kita songsong dengan kegaduhan yang tidak terelakkan. Wajar saja Indonesia memiliki generasi yang hanya besar omong daripada aksinya.

Akan tetapi, tetap saja doa saya untuk tahun 2016 ini  Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Walaupun itu hanya sebuah harapan kosong di 2016.

Harapan Kosong di 2016

elfaqar.blogspot.com - Sekarang hampir jam 12 malam. Malam ini pergantian tahun dari tahun 2015 ke tahun 2016. Harapan kosong di 2016 semakin nyata terlihat.

Harapan Kosong di 2016

Seperti biasa, seolah sudah menjadi tradisi yang membatu di kepala orang-orang. Mereka keluar rumah merayakan pergantian tahun. Setidaknya itulah yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini. 

Meniup terompet, menyalakan petasan, membakar kembang api dan berbuat gaduh lainnya. Tradisi ini kemungkinan besar akan turun temurun ke anak cucu mereka nantinya. Semoga keturunan saya tidak termasuk ke dalamnya. 

Seolah sudah apatis terhadap keadaan ini. Saya tidak lagi menghiraukan apa yang sedang terjadi, ketika malam menjelang tahun yang baru. Saya berpikir bahwa kritik yang saya lontarkan di media sosial seakan tidak merubah keadaan. Pemikiran kelompok minoritas selalu tersisihkan. 

Mungkin saja karena negara ini menganut sistem demokrasi. Saya tidak menyalahkan sistemnya, saya hanya kecewa kepada para manusia yang menjalankannya. Seolah-olah pelajaran teori tentang tenggang rasa dan empati yang diajarkan di sekolah dahulu tidak masuk ke kepala mereka.

Dentum petasan semakin keras terdengar di telinga. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam. Teriakan demi teriakan dari orang-orang yang merayakan tahun baru semakin keras pula. 

Pada akhirnya, tahun yang baru telah kita songsong dengan kegaduhan yang tidak terelakkan. Wajar saja Indonesia memiliki generasi yang hanya besar omong daripada aksinya.

Akan tetapi, tetap saja doa saya untuk tahun 2016 ini  Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Walaupun itu hanya sebuah harapan kosong di 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar