Ada
yang berwarna merah, ada juga yang berwarna hijau. Dipotong kecil-kecil, tampaknya lezat warna-warni
mirip rujak. Biar lebih enak, saya campur dengan mie goreng sambil dioseng.
Setelah selesai, agak kecewa. Jika orang lain, mungkin akan langsung muntah saat
mencicipinya. Rasanya agak sepat-sepat asam, ada yang pahit.
Tapi terpaksa saya makan, karena sudah terlanjur dimasak. Tetap saja saya pisahkan beberapa. Akhirnya, cuma makan mie goreng.
Tobat saya rasanya
memasak jambu monyet lagi.
Sebenarnya, kasus ini pernah terjadi waktu saya masih
SMA dulu.
Mie goreng saya campur dengan daun pucuk pepaya, pahitnya minta ampun.
Jam menunjukkan
pukul 2, anak saya terbangun dari tidur siangnya. Langsung menuju teras rumah
menemui ibunya. Saya masih asik menulis ini, sambil kadang-kadang membaca
catatannya Gie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar