elfaqar.blogspot.com - Jum’at 10 Oktober
2014. Beberapa malam di pekan ini, bulan selalu terlihat bercahaya. Bukan hanya
bulan, hampir semua benda langit terlihat seperti bintang.
Bahkan di sore hari, saat matahari hendak terbenam. Ia tak berwarna kuning
atau jingga. Warnanya merah, seperti api. Bentuknya pun terlihat lebih besar
dari biasanya.
Sayangnya momen itu hanya terjadi beberapa menit saja. Hanya
orang-orang kurang kerjaan yang bisa melihatnya.
Purnama seakan menampakkan dirinya di setiap malam. Mungkin karena saya selalu bergadang, jadi saya selalu bisa bertemu dengannya. Cahayanya yang indah mengingatkan saya pada
cinta yang sekarang.
Hana Cantika, anak perempuan saya yang berumur 1,5 tahun.
Sekarang sudah mulai pandai berlari, walau sering terjatuh ia tak pernah
menangis. Mungkin ia tahu bahwa ada ujian yang lebih
besar menghadang ketimbang belajar berlari.
Saya harap dia bisa tabah
menghadapi dunia yang penuh dengan tipu muslihat para aktornya kelak.
Tidak terasa. Sudah
hampir 3 tahun saya menjalani bahtera rumah tangga bersama istri. Suka dan duka
pun sering terlewati. Saya tak salah memilihnya sebagai pendamping hidup.
Kesabarannya, selalu meluluhkan sikap tempramen yang saya miliki. Kadang saya berpikir, ingin
sekali membahagiakannya kelak.
Hidup di jaman sekarang, tak lagi sama seperti hidup di masa-masa saya masih sekolah dahulu. Untuk makan saja sekarang agak susah, semuanya memerlukan
uang.
Bahkan di negeri ini, buang hajat pun dikenakan tarif. Sangat berbeda dan
jauh sekali dengan jaman semasa saya sekolah.
Dahulu, cukup memetik
daun di belakang rumah pun sudah bisa kenyang.
Di negeri ini susah
sekali menemukan orang baik dengan niat baik. Saya akan mengambil contoh terkait pemilihan pemimpin yang sekarang sedang hangat dibicarakan.
Saya tidak
akan menanggapi layaknya politikus. Menurut saya terlalu banyak
kepentingan yang menghinggapi pemilihan pemimpin di negeri ini. Baik itu
kepentingan golongan, partai, atau bahkan agama.
Agama di negeri ini sudah seperti kuda perang yang siap bertempur. Ya, kuda perang.
Di Indonesia,
bagi kebanyakan partai politik yang mengaku berlandaskan agama di dalam partainya. Agama hanya dijadikan sebagai alat politik belaka, untuk meraih simpati para
jelata.
Kebetulan di Indonesia mayoritas penduduk beragama Islam. Banyak sekali
gerakan-gerakan Islam yang bergerak sesuai ideologi mereka masing-masing.
Bahkan sesama
muslim pun seolah-olah sudah seperti orang yang berbeda agama.
Banyak sekali
permasalahan di negeri ini. Mungkin karena terlalu
banyak perbedaan di antara kami. Landasan pancasila tak mampu lagi menopang
perbedaan yang terlalu kental di negeri ini.
Setiap orang seperti sudah menjadi
penjajah bagi tetangga di sebelah rumahnya. Itulah mengapa saya pernah
mengatakan “Mungkin akan lebih baik jika komunis yang berkuasa di negeri ini”
.
Pada dasarnya itu
bukan hanya celotehan kosong.
Kita perlu kesetaraan agar keseimbangan
masyarakat tercipta. Bagi saya, mereka yang bekerja sekarang sebagai wakil di Senayan bukan sebenar-benarnya menjadi representatif masyarakat. Karena mereka hanya bekerja berdasarkan kepentingan politik partainya dan golongan tertentu.
Aah... sudahlah.
Narasi saya kali ini pun tidak begitu penting. Mereka orang-orang pintar, dan kita
hanya sedang menunggu pahlawan kesiangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar