Tapi semenjak saya sering berpindah-pindah sekolah dan tempat tinggal. Sejak itu pula lah saya menganggap sahabat itu hanya sebuah fatamorgana. Hal itu dibuat agar memberi kita motivasi untuk menjalin silaturahmi. Dalam pandangan
sempit saya, sahabat hanyalah khayalan, mitos, dan hanya dongeng belaka.
Sahabat itu tidak
ada, yang ada hanya tumpukan imajinasi yang dipenuhi dengan beberapa kepentingan
tersendiri. Itu sudah saya buktikan sendiri.
Awalnya, saya pun
ingin mempercayai bahwa sahabat itu nyata. Namun realita berkata lain. Dunia
telah menipu saya dengan segala tipu muslihatnya. Untuk mereka yang percaya
jika sahabat itu nyata, berarti mereka belum mampu melihat kehidupan dunia itu
seperti apa. Masih banyak tabir yang harus dibuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar