Hari ini 9 April
2014, aku masih sibuk di depan laptop. Menyusuri ruang maya mencari ilmu. Kata
mereka hari ini adalah pesta demokrasi. Tapi aku tak melihat demokrasi berjalan
dengan baik di sini. Istriku sudah berangkat ke TPS untuk mencoblos. Aku
sendiri golput. Tak percaya dengan mereka yg mencalonkan diri sebagai wakil
rakyat. Terlebih sehabis kejadian tadi malam.
Sekitar pukul
setengah 7 malam, pak RT datang. Inti kedatangannya seharusnya Cuma mengantar
surat undangan untuk pencoblosan di hari ini, ternyata di balik itu ada maksud
yg lain. Istriku diberi uang sekitar 70rb untuk memilih salah satu calon yg
sedang berlaga di lumpur politik. Money politic terjadi di depan mataku, di
dalam keluargaku dan aku tak bisa berbuat apa2. karena keluarga kami sekarang
memang sedang memerlukan uang. Aku diam sejenak. Sampai pak RT pergi, pikiranku
terus menerawang jauh, tidak tahu mau berkata apa. Aku sedikit gusar dengan kejadian
itu. Aku memang kepala keluarga, tapi kalau untuk urusan, pemilu ini aku tak
bisa ikut campur. Karena itu adalah hak dari masing2 individu dalam menggunakan
suaranya.
Ironis memang
dengan kejadian itu, terlebih uang itu berasal dari partai yg ngaku2nya partai
Islam. Beginikah? Sikap apatisku sekarang semakin men-jadi2.
Jika hal sepele
seperti ini saja disahkan oleh khalayak ramai, mungkin sebaiknya perjudian, minuman keras, dan segala jenis
bentuk kriminalitas dihalalkan saja di negeri ini. Toh tak ada bedanya, semua
pekerjaan kotor. Korupsi pun sekarang sudah lumrah di masyarakat. Jika
ketahuan, baru diusut.
Pemilu hari ini
tercoreng, pesta rakyat yg katanya untuk menentukan nasib bangsa sepertinya
bukan untuk menentukan nasib bangsa. Hanya menentukan nasib para mereka yg
sedang bertarung di sana. Entahlah dengan daerah lain, di sini penyuapan
terhadap rakyat dilakukan secara terang2an, bukan tidak mungkin bahwa hal ini
juga memang terjadi di ranah yg lebih luas.
Memang tidak
semua calon wakil rakyat melakukan hal tersebut, aku masih percaya kepada
kawan2 dan teman seperjuanganku yg sekarang menjadi calon wakil rakyat tidak
melakukan hal tersebut. Tapi tetap saja, jika uang sudah bicara semua diam.
Mungkin negeri
ini biarkan saja seperti ini. Biarkan sampai hancur sehancur-hancurnya. Toh
negara tidak hanya di indonesia, dan bumi tak hanya di sini.
Mungkin hari ini
memang benar2 pesta rakyat, ya... rakyat berpesta karena dapat jatah uang
tambahan untuk mengepulkan dapur mereka tiap 5 tahun sekali
Aku sebagai individu yg tidak ikut memilih, mungkin akan lebih memilih
diam daripada melakukan sesuatu tapi tidak bermanfaat. Kita memang perlu
pahlawan, tapi tidak berharap kepada mereka yg hanya bisa menggunakan materinya
untuk menipu rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar