About

Hilangnya keadilan

Huiiih... udah jam 8 malam. Kayaknya malam ini aku pulang kerja seperti biasanya, jam 12 malam. Rasanya gak asik dan gimanaaa gitu. Secara, malam ini kan malam tahun baru. Kayaknya akan lebih terlihat bijak jika jam kerja malam, malam ini ditiadakan saja. Mungkin saja karena bos takut kehilangan rejeki kali ya. Whatever... Semoga aja rumor yg kudengar tadi siang tak benar bahwa malam ini pulang seperti biasanya.
Berbicara mengenai penghujung tahun dan ketidakadilan, ada satu kasus di negeri ini yg membuatku tak habis fikir. Lagi2 tentang kelakuan aparat yg semena2 kepada rakyat biasa. Hanya karena seorang anak yang mencuri sendal seorang briptu, ia diancam penjara selama 5 tahun. Ya ampuuun.... keterlaluan, menurutku. Pihak pengadilan mungkin sekarang tidak lagi memakai otaknya untuk menentukan suatu keadilan. Keadilan kini tak lagi diukur dengan nurani dan perasaan. Akan tetapi wewenang dan kekuasaanlah yg lebih diutamakan dalam menentukan suatu keadilan. Aksi dari berbagai daerah pun tak dapat dihindarkan demi mengecam sikap goblok para penegak hukum yang masih tak mengerti bagaimana cara mengangkap dan memberi hukuman kepada koruptor.
Kasus di atas setidaknya bisa dijadikan bahan pembelajaran dan gambaran bahwa telah bobroknya hukum di negeri ini, tak hanya kasus ini saja. Kasus yg lainnya pun para aparat seperti manusia yg tak tahu akan yang namanya keadilan.
Sulit memang mencari sebuah keadilan di jaman sekarang. Harus mengorbankan segalanya baru bisa mendapatkan hal tersebut, ataupun kita harus menjadi manusia yg punya kekuasaan dan kaya agar bisa mendapatkan keadilan. Sungguh miris melihat wajah keadilan itu. Mungkinkah keadilan itu ada. Aku jadi teringat kata2 dari soe hok gie yang kurang lebih seperti ini, “kebenaran hanya ada di langit”. Kuharap tidak, karena aku masih percaya denganmu meski hampa, keadilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar