About

Selamat jalan para angka

Aku tak mengerti mengapa itu cepat berlalu, bagaikan debu yang tertiup angin. Seperti ombak menelan pasir di pantai. Laksana memoar indah yg kerap kali cepat pergi. Sepertinya orang2 cerdas dari prodi matematika itu tak akan lagi aku lihat. Tak akan ada lagi angka2 yg dikuadratkan, tak akan terlihat lagi buku2 yg penuh dengan pengakaran dan hilangnya phytagoras dari pandanganku mengantarkan kepergianmu menuju dunia setelah mahasiswa yg sangat begitu kejam. Aku memang bukan berasal dari prodi ilmu pasti itu, tapi aku pasti akan sangat merindukan kalian. Sahabatku.
Melihat kumpulan foto2 di album kenangan wisudawan membuatku sedikit sadar bahwa masih ada tanggung jawab penting yg harus ku selesaikan. Setelah aku mengembannya, aku tersadar pula apakah aku mampu melaksanakannya. Aku tak pernah berfikir sejauh ini dahulu saat masih mengenakan putih abu2. Yang aku tahu hanyalah mengikuti apa yg kedua orang tuaku minta. Padahal ternyata aku juga memiliki sedikit ambisi tersendiri. Menjadi diriku sendiri. Aku tak punya visi yg begitu cerah yg dapat kulihat dengan mata telanjang, aku berusaha menatapnya dengan pandangan batin tapi sayang semua hanya terlihat kabur tak jelas.
Menari-nari di atas jadwal2 kuliah yg tak terselesaikan seperti menginjak kumpulan paku yg disebar menyeluruh di sepanjang tempatku berbaring. Dengan penuh emosi aku berusaha menepis keinginanku sendiri dan melaksanakan tanggung jawab. Akankah aku mampu melewatinya?
Berbagai omongan dan diskusi kerap kali menimbulkan pertanyaan bagaimana dan seperti apa nantinya. Masa depan itu tak dapat ditebak, sama halnya seperti supir angkot yg berhenti tiba2 hanya supir dan tuhan lah yang tahu kapan ia akan berhenti.
Selamat jalan kawan, selamat jalan sahabat, aku akan merindukan kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar