About

Nasib sarjana

Masih termangu di sini, menatap LCD yg tak henti bersinar seakan menatap ku dengan penuh olok2an bodoh tertinggal oleh kawan2 yg telah di yudisium. Semua target yg kurencanakan seakan terkikis habis oleh waktu. Waktu benar2 kejam, itulah kenyataan sekarang yg dihadapi. Benar saja yg dikatakan sebuah buku bahwa wartawan saja harus memiliki waktu 25 jam. Tapi jika dilihat dari sudut pandang yg lain timbul sebuah pertanyaan yg menyudutkanku, apakah waktu yg kejam ataukah aku yg terlalu bodoh untuk bisa melewati segala waktu yg ada. Kesia-siaan. Itulah mungkin kesimpulan yg tepat ketika muncul pernyataan tentang waktu yg kuhadapi. Mencoba berfikir terbalik, aku melewati segala sesuatu dengan sudut pandang yg berbeda. Memandang dari sudut yg paling ekstrim yang bahkan seseorang bisa sampai muntah ketika berhadapan denganku. Mencoba menggapai dan memulai sesuatu dari tempat yg tak pernah terjamah dan tersentuh.
Tapi sayangnya sedikit sekali manusia yg bisa menyadari bahwa berfikir terbalik itu lebih indah. Mereka lebih suka menjalani kehidupan sesuai orbit yg telah ditentukan. Sekolah, lulus, kerja. Keseimbangan pola mungkin terjaga, akan tetapi kebuntuan selalu muncul ketika seseorang bertanya ingin jadi apa kamu setelah tua. Berbicara tentang kehidupan masa depan, banyak dari kawan2ku di kampus kini telah menyandang gelar S.Pd. masing2 dari mereka kini telah mulai disibukkan dengan kegiatan menulis surat untuk bisa mendapatkan pekerjaan yg diinginkan. Ada pula yg bersantai-santai menunggu seleksi menjadi pegawai negeri sipil atau yg lebih sering kita kenal dengan PNS.
Dalam hematku berfikir, semakin banyak yg cepat lulus kuliah malah semakin menambah beban yg dipikul oleh bangsa ini. Aku rasa bangsa ini sudah terlalu tua untuk bisa menanggung hidup orang2 cerdas itu. Aku masih bingung, padahal mereka yg bergelar sarjana itu kan pastinya pintar. Tapi kenapa lebih memilih menggantungkan hidup di tiang negara yg hampir rubuh ini.
Ya sudahlah, itu hanya sebuah fenomena sosial yg tak akan pernah ada ujungnya ketika memang tak adayg peduli dengan keberadaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar