Saya termenung mengingat seorang sahabat semasa SMA dahulu. Penampilan yang urak-urakan dan kelakuan yang tidak suka mengikuti peraturan. Namun, ia orang yang loyal terhadap pendiriannya, serta tidak ingin merugikan orang lain. Selalu berusahan untuk bisa jujur kepada lingkungan sekitarnya.
Pernah satu saat, terjadi sebuah kasus pencurian uang bendahara di kelas. Saat itu hari senin, kami sedang apel pagi. Kebetulan dia datang terlambat, dan masuk menyelinap dengan melompati pagar sekolah.
Ketika itu, tidak ada siapa-siapa di kelas saat kejadian nahas itu berlangsung. Sekejap saja ia langsung dijadikan kambing hitam oleh guru-guru yang tidak menyukainya.
Kami sekelas digeledah layaknya kriminal. Dijemur seharian penuh di bawah terik mentari yang membuat otak saya semakin terbakar karena kelakuan guru-guru sinting, menurut saya.
Guru Bimbingan Konseling (BK) pun tak bisa berbuat apa-apa. Padahal, tak ada bukti sedikitpun. Tapi tetap saja omongan di belakang mengatakan bahwa dia adalah seorang pencuri. Namun, saya tahu bahwa dia tidak melakukannya.
Sungguh biadab kecaman seperti itu. Memfitnah tanpa ada bukti. Pendidik macam apa itu!
Hari demi hari berlalu, mungkin saja karena tidak terima diperlakukan seperti itu ia tidak lagi masuk ke sekolah, dan akhirnya berhenti. Saya menyayangkan, tidak ada usaha apa-apa dari seorang guru.
Seorang anak yang terpaksa berhenti sekolah, hanya karena tak sanggup menahan malu oleh fitnah yang tidak berdasar. Saya semakin tidak suka dengan kelakuan para guru.
Tidak ada kabar darinya. Saya dengar sekarang dia sudah jadi preman di jalan. Tidak tahu apa yang dilakukannya.
Berkaca dari pengalaman itu, saya berusaha untuk bisa mengungkapkan kebenaran. Karena ketika kebenaran itu ditutup-tutupi maka dampak yang dihasilkan akan sangat buruk bagi orang yang menjadi kambing hitam.
Tapi sayang, tidak banyak orang yang mampu menerima kebenaran apa adanya. Mereka lebih suka hidup dalam kepalsuan, hidup dalam kenikmatan dunia yang menipu.
Kebenaran memang benar menyakitkan. Jarang sekali saya melihat jikalau seseorang salah bertindak ia dengan segera menyadarinya. Mungkin itulah sikap alamiah makhluk yang bernama manusia. Selalu berusaha mempertahankan argumen, dan mecoba menipu diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar