About

Harga-menghargai?

Semerawut. Mungkin itulah pikiranku saat ini, melihat banyak sekali komentar di grup FB sebuah rubrik di media massa komersil terbesar di kalselteng itu. Kebanyakan pengisinya berasal dari pers mahasiswa. Termasuk pers mahasiswa tempat fikiranku dibesarkan. Kebanyakan pengurus baru. Ada sedikit ironi yg aku lihat dari perdebatan tentang sebuah rubrik yg sepertinya rubrik itu menjadi hak paten. Katanya sich penjiplakan karya seni, yach... sejenis plagiat. Habis2an mempertahankan argumennya disitu. Menurut pernyataan salah seorang pengurus rubrik bahwa kegiatan yg dilakukan oleh si suspect itu ialah dikarenakan permintaan langsung oleh media itu sendiri. Namun berbeda dengan opini yg dilontarkan oleh LPM yg merasa dirugikan karena copycat, menurutnya. Perdebatan itu membuatku melontarkan statement bahwa tak perlu lagi ada pers mahasiswa yg mengisi rubrik itu kalau hanya menimbulkan perpecahan.
Aku memang tak mengerti dengan benar apa yg sebenarnya sedang terjadi, tapi yg aku tahu bahwa yg mati2an mempertahankan bahwa rubrik itu miliknya ialah yg LPM nya sendiri sedang mengalami stuck. Aku benar2 menyayangkan hal tersebut. Beradu argumen demi kepentingan jalannya program kerja media umum tersebut, sedangkan tak mampu memanajemen program kerja yg ada di LPM nya sendiri. Menyedihkan sekaligus membingungkan.
Apakah pers mahasiswa sekarang yg ada di kalsel taringnya hanya tersimpan di sebuah rubrik kecil keluaran media massa komersil. Aku tak menyalahkan siapa2 dalam hal ini, kegiatan di luar memang bagus. Tetapi akan lebih bagus lagi apabila permasalahan intern sudah benar2 beres. Ketika salah seorang junior mengatakan bahwa aku tak bisa menghargai karya mereka, aku merasa tersinggung. Dan aku merasa apa yg sudah kulakukan selama ini hanya sia2 saja. Buat apa aku cape2 bolos kuliah demi menyelesaikan tabloid yg orang di dalamnya pun tak bisa menghargai apa yg telah para pendahulunya lakukan. Ngomong2 masalah harga-menghargai aku rasa tak ada harga mati untuk urusan abstrak seperti itu. Biarkanlah individu yg menilainya.
Menimbang2 sedikit pemikiranku tentang komunitas pers mahasiswa yg aku ikuti selama kurang lebih 4 tahun ini, sepertinya memang mati. Dan dibuat kecewa oleh para penerus. Sahabatku pun pernah mengatakan hal serupa, namun ia enggan mengatakan karena memang sudah tak ingin lagi mengurusi apapun di dalamnya. Aku mengkritik begini, karena aku masih peduli dengan mereka.
Langsung saja setelah komentarku terlihat oleh sang admin, ia langsung menghapus namaku dari grup tersebut. Tak apalah pikirku karena toh bukan aku juga ingin masuk ke situ. Tapi sepertinya secara sikap tersebut bukanlah bisa dikatakan sikap yg baik. Sang admin sepertinya tipe orang yg berfikir pendek, menyelesaikan masalah hanya dengan menghindar. Whatever.
Sepertinya imsak sudah tiba. Ini hari ke 7 puasa. Semoga puasa hari ini tunai. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar