About

Mencurangi waktu

Bergumam dengan waktu. Waktu terkadang membuat kita senang dan terkadang membuat kita duka. Itulah waktu, sesuatu yg tak terlihat namun jelas ada. Tak ada jasad namun penuh dengan rasa. Di dalam waktu kita semua hidup, karena hidup hanya tinggal menunggu waktu kapan sang izrail akan menjemput dan kapan pula ia akan meniup sangkakala demi hari peradilan yg seadil-adilnya. Aku mencoba menjalin sesuatu yg putus di dalam otak kecilku, sesuatu yg hilang namun sangat aku rindukan untuk kembali. Waktu, itulah dia. Waktu yg mengubah keadaan. Waktu yg menciptakan segala rasa. Dan waktu yg telah menyediakan tempat buatku menikmati kehidupan. Sebuah surat di kitab suciku mengatakan bahwa manusia akan benar2 merasa kerugian jika tak benar2 memanfaatkan waktu dengan baik. Mungkin tak perlu panjang lebar aku menguraikan tentang waktu, karena aku tak ingin terdengar seperti dosen2 yg sedang berceramah.
Sekarang, aku bernegosiasi dengan waktu. Menatap jarum detik di jam weker pemberian kekasihku. Seandainya semua dapat terwujud bahwa manusia dapat melampaui segala waktu dengan damai. Tapi tidak. Mungkin itulah sifat alami kehidupan penuh cobaan dan tantangan, dan waktulah yg menyediakan ruang untuk bisa kita menjalani kehidupan ini.
Aku masih duduk disini mengeksplorasi waktu dengan pikiran2 anehku tentang kehidupan. Mempelajari sebuah sistem operasi komputer yg aku sendiri masih bingung dibuatnya. Mendownload semua tutorial sebisaku. Mungkin tak ada hubungannya dengan jurusan kuliah yg kuambil. Yach... mungkin kuliahku hanya pelarian akademik yg memilukan. Jurusan yg tak sesuai dengan keinginanku. Tapi sayang orang tuaku tak punya banyak uang untuk mengkuliahkanku di perguruan tinggi yg aku inginkan. Jadi, mungkin aku hanya ingin berusaha menjadi air yg mengalir dan menjadi bermanfaat bagi semua orang serta mencoba menyejukkan hati kedua orang tuaku. Entah kapan aku bisa lulus kuliah. Sekarang masa transisi memasuki semester 9 tapi aku belum bisa lulus mata kuliah yg sudah dua kali ku ambil. Sebodoh itukah aku, berkelahi dengan waktu dan mencoba merengek kepadanya agar ia mengalah dan aku menang dengan sedirinya. Tapi sayang dia memiliki pendirian yg kuat. Waktu yg tepat. Waktu yg akurat. Bahkan ketika ajal menjemput ia tak pernah luput barang sedetik pun.
Itulah waktu, dan sekarang aku masih berjibaku dengan untaian huruf dan angka di papan ketikku. Mengeksplorasi otak dan berkotemplasi dengan kata serta mencoba mencurangi waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar