About

Meningkatnya kriminalitas

Kurang lebih hampir seminggu lagi ramadhan akan pergi dari keseharian kita. Harus menunggu 11 bulan lagi untuk bisa bertemu kembali. Akan tertumpuk pula kerinduan orang2 kepadanya. Sepertinya setan2 tidak benar2 dikurung dengan baik oleh sang pencipta karena hampr sepanjang ramadhan ini tidak sedikit aku melihat tindak kriminalitas di televisi dan kejahatan di sekitar kita yg semakin marak. Mungkin saja setan yg dikurung itu hanya yg ada di sekitaran timur tengah dan tempat2 kelahiran nabi saja. Sedangkan setan yg lainnya masih dengan bebas melenggang keluar di bulan suci ini. Atau jangan2 banyak manusia yg telah menjelma menjadi setan, dunia seperti fatamorgana rasanya. Apa yg kita lihat belum tentu mencitrakan apa yg akan kita rasakan.
Hari ini telah lewat 2 minggu 3 hari sejak aku berpisah dengan celeron pemberian ayahku. Aku memilikinya sejak 4 tahun yang lalu. Itu bukan waktu yg singkat. Dan aku benar2 belum bisa melupakannya. Dalam hatiku selalu menyela “maling sialan”. Mungkin jika ketemu malingnya aku rela membatalkan puasa demi menghajar setan tersebut.
Ya sudahlah, aku hanya ingin berusaha merelakannya. Mungkin saja rejekiku hanya sampai di situ saja. Entah apa yg diharapkan maling tersebut dari celeron butut yg penutupnya saja telah patah. Tapi isi di dalamnya yg sangat berharga bagiku. Hampir separuh perjalanan hidupku tertuang di situ. Tempatku mengeluarkan amarah, tempatku belajar, tempatku bermain, dan tempatku mengisi kesunyianku.
Selain celeron, aku pun kehilangan dompet yg berisi uang tunai dan surat2 berharga lainnya. Uang terakhirku di hari itu pun ludes tanpa jejak, tega sekali yg melakukannya. STNK yg baru saja ku perbaharui hilang tak bersisa. “maling kurang ajar”, aku yakin sekali pelakunya orang yg benar2 mengenal seluk beluk tempatku tinggal dan mengenalku kami dengan baik. Mungkin seorang teman yg perlu sedikit uang untuk “lebaran”.
Sepertinya lebaran menjadi momok yg menakutkan bagi mereka yg sudah terbiasa memiliki material serba baru di hari itu. Segala macam cara dilakukannya agar tidak kehilangan gengsi di antara orang2 berduit. Seperti itulah negeriku, negeri yg kaya namun miskin. Menurutku.
Pada dasarnya aku tak ingin berburuk sangka kepada orang lain, hanya kejadian ini membuatku sedikit lebih anti kepada wajah2 baru yg berada di tempat ini. Aku hanya ingn mengikhlaskannya, tapi entah kenapa tak bisa. Aku terlalu marah, imajinasiku selalu menerawang bahwa tak ada lagi yg bisa dipercaya di negeri ini.
Bosan memperbincangkan tentang kebobrokan bangsa ini. Aku terlena dengan negeri tirai bambu, kagum akan kebudayaan mereka yg sama2 orang timur. Tapi mereka lebih timur karena negeriku berada di bagian tenggara benua asia. Mungkin teritorial itu berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Aku jadi teringat seorang legenda di cina, chen zen. Seorang yg dianggap pahlawan oleh masyarakat namun tak pernah diabadikan namanya sebagai pahlawan. Ia dikucilkan hanya karena mencintai wanita yg bukan dari bangsa cina. Aku masih ingat ketika ia mengatakan bahwa “jika aku tak bisa memiliki negaraku, maka setidaknya aku masih bisa hidup bersama wanita yg kucintai”. Aku pun menganalogikan pernyataan tersebut hampir sama dengan milik soe hok gie, “lebih baik diasingkan daripada harus menyerah kepada kemunafikan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar