Menunggu mati
Bayi kucing di sebelahku seakan tak pernah tidur, mereka selalu menggeliat, entah apa yg dicarinya. Lucu melihat tingkahnya. Baru saja aku nonton film final destination, bukan film baru sich cum lagi pengen aja. Melihatnya membuatku semakin tahu bahwa kematian selalu mengelilingi di sekitar kita. Setiaip langkah yg kita tapakkan dan setiap detik yg dilalui perlahan-lahan namun tak tampak menjelajah menerobos pagar kematian. Kematian2 mengerika diperlihatkan di film itu. Sekelompok orang yg berusaha mencurangi kematian, tapi pada akhirnya mereka kalah dan semua mati. Mungkin jalan satu2nya ialah pasrah terhadap kehidupan. Itulah satu hal yg aku coba lakukan saat ini. Mencoba mengalir seperti ikan yg mengikuti arus kehidupan akan tetapi tahu kapan saatnya untuk melawan.
Aku mencoba mengasingkan diri dari perempatan jalan dan menunggu saat kematian itu tiba. Semua yg hidup pasti akan mengalami mati, setidaknya itulah yg tertulis di kitab suciku. Semua harus meyakini bahwa mati itu ada, tak ada yg fana bahkan nabi sekalipun. Karena kita hidup di dunia yg penuh keterbatasan, dan walaupun kita bisa menembus keterbatasan. Itu hanyalah dengan mimpi, mimpi yg jadi momok menakutkan bagi semua orang yg meyakininya. Mimpi bukanlah sesuatu yg indah. Mimpi atau impian merupakan sesuatu yg menjijikkan, pahit dan tak mengenakkan, karena untuk mencapainya semua harus menghadapi kekejaman dunia. Itulah yg terjadi ketika kita memiliki mimpi di alam fana. Sedangkan kematian, merupakan sesuatu hal yg pasti terjadi. Tak pernah ada yg tahu kapan, dimana dan kepada siapa itu akan terjadi. Layak sebuah mobil angkot yg melaju cepat. Hanya tuhan dan supirnya lah yg tahu kapan ia akan berhenti. Entah itu di perbatasan jalan atau mungkin di persimpangan tempat aku menunggu kematian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar