About

Temani aku

Lagi duduk termenung menatap layar lcd celeronku yg semakin tua, debu dimana2, keyboardnya yg dulunya putih kini sudah terlihat hampir semuanya coklat, semua stikernya copot, tak mampu lagi dikenali sebagai celeron aspire 4310. seperti tak terurus. Mataku tajam menatap layar itu, 4 tahun sudah umurnya ditanganku bukanlah waktu yg singkat ia menemani perjalananku menjelajahi dunia ini. Dibanding dengan perangkat lain, perhatianku memang lebih besar tertuju padanya karena menurutku itulah aku. Semuanya yg kulakukan, dari bangun tidur sampai tidur lagi bersamanya. Untunglah dia tak memiliki mulut, jika punya mungkin saja sudah berteriak2 minta tolong karena hampir sering sekali aku mengganti OS nya dan melakukan hal2 aneh dengannya.
Sudah tua sepertinya, memang harus diganti, bekulat jar kawanku. Mungkin yg bukan orang suku banjar gak bakalan ngerti kata itu. Hahaha....
Di seberangku cewe2 sedangn sibuk ngerjain tugas kuliahnya. Gak jelas sambil ketawa2 kayak orang ngerumpi. Di sudut lain banyak mahasiswa yg lagi asik main internet, entah apa yg dikerjakannya. Jaringan di sini terasa lambat sekali, untuk meresume downlotan tadi subuh aja gak bisa, malahan file nya berubah menjadi HTML. Payah! Mungkin karena aku telat datang, jadinya jaringan diserobot orang lain. Ingin cepat2 aku beranjak dari sini secepatya, tapi alang2 sekali, upload foto editanku sebentar lagi selesai.
Merangkak dari semua permasalahan yg ada, kampus benar2 dipenuhi berbagai potensi. Potensi buruk maupun potensi baik, atau juga potensi yg terkadang terlihat abstrak. Tak jelas keberadaannya, namun sangat kental dirasakan. Malam ini PPMI banjarmasin ingin mengadaka pertemuan tentang penggarapan Merah Putih, buletin terbitan PPMI yg selama beberapa bulan ini mandeg, mungkin saja karena para pengurusnya merasa lebih asik berkreasi di dalam LPM nya masing. Saat aku lihat di dalam lembar kepengurusan, tak ada lagi namaku, mungkin saja itu berarti aku sudah tak lagi dianggap sebagai pengurusnya. Mungkin saja dikarenakan tulisanku beberapa bulan yg lalu yg beberapa orang PPMI merasa dipermalukan. Apalah arti sebuah tulisan, toh yg aku tuliskan hanya sebuah kebenaran. Bukankah jika benar tak perlu malu.
Okelah,,,, terlalu panjang lebar aku berkisah dan berkontemplasi dengan kata dan kalimat, sudah waktunya aku melihat kenyataan. Kenyataan yg benar2 hidup di depan mataku. Bagaimana ini uangku ternyata tidak cukup untuk bayar PPL 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar