elfaqar.blogspot.com - Pagi yang cerah. Membuat saya cukup bersemangat hari ini. Saya sekarang sedang di kampus. Melihat orang lalu lalang. Ada yang sibuk dengan skripsinya, ada yg sibuk dengan tugas PAT. Ada pula yang sibuk ingin melihat nilai ujiannya.
Beraneka ragam kegiatan sedang terjadi. Tadi pagi saya baru saja dari BNI, mengharapkan bahwa kartu ATM telah selesai dibuat.
Seorang kawan di sebelah saya sedang asik mengisi form, saya pikir itu formulir beasiswa.
Beasiswa, lagi-lagi teringat sebuah perusahaan pertambangan yang saya mendapatkan beasiswa darinya. Tapi sayang terlalu banyak mahasiswa yang merasakan kekecewaan darinya.
Mungkin saja itu dikarenakan keterlambatan yang terus menerus. Ya sudahlah, aku pun tidak berniat untuk melanjutkan kembali beasiswa tersebut.
Sekarang ini di kampus sedang ramai penerimaan mahasiswa baru.
Saya jadi teringat kepada seseorang yang singgah beberapa waktu lalu di sekretariat. Seorang ibu dan anak perempuan, berbahasa Jawa.
Bertanya tentang kapan masa penerimaan mahasiswa baru. Ibu itu bercerita bahwa ia sampai jual tanah hanya untuk menguliahkan anaknya. Agak terharu, walaupun agak lucu karena berbahasa jawa. Untunglah salah saat itu ada seorang kawan yang mengerti bahasa Jawa.
Berpikir sejenak tentang dunia perkuliahan dan kasus di atas. Kampus ternyata seakan menjadi sentral edukasi bagi yang menyadarinya.
Hampir semua orang berpikir bahwa kampus itu tempat berkumpulnya semua intelegensia muda, padahal menurut saya tidak begitu. Kampus hanya tempat berkumpulnya orang-orang yang mencoba mengadu nasib melalui ijazah D3 atau S1.
Itu terbukti dari sebagian jawaban yang saya terima dari beberapa orang kawan. Bahwa setelah lulus, mereka ingin menjadi PNS.
Mereka kecewa jika Indeks Prestasi yang mereka dapatkan kurang dari standar. Menyedihkan menurut saya, mereka seolah terkekang, merasa tidak aman jika hanya memiliki IP 2,50 saja.
Berbicara soal IP mahasiswa, tak bisa dipungkiri bahwa dosen pun memiliki pengaruh di dalam penilaian tersebut. Hal tersebut juga bisa dipengaruhi oleh hubungan antara dosen dan mahasiswa.
Terkadang jika bisa menjadi penjilat yang ulung maka akan gampang pula memiliki IP yang tinggi. Jadi, tidak heran jika banyak pejabat pemerintah melakukan perbuatan yang kurang terpuji. Seperti memakan duit rakyat dan korupsi.
Itu semua dikarenakan awal mereka mendapatkan nilai-nilai kuliah melalui jalan yang aneh, value oriented.
Hanya nilai yang mereka kejar. Ketika sudah sampai di pemerintahan, semua ilmu seperti moral, dan lain-lain tidak terpakai. Wajar jika sekarang Indonesia menjadi negara nomor 1 dalam hal korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar