About

Berfikir lagi

Pagi terasa menyegarkan. Hari yg indah untuk memulai segala aktivitas, tapi sayangnya aku sudah tak lagi memiliki pekerjaan. Semester ini aku bertekad untuk mengambil mata kuliah PPL 2. tapi sayangnya bahwa tekadku terasa kendur setelah melihat bahwa syarat mengambil mata kuliah itu harus lulus PPL 1, dan pastinya sudah dapat diprediksi dengan tepat bahwa aku lagi2 tak lulus PPL 1. karena kasus yg sama menimpa kembali. Aku tak mengikuti 1 micro teaching. Sayang sekali. Terpaksa aku menyusun ulang kembali rencana itu. Tapi akan aku coba melakukan pendekatan ke depannya. Kenapa ya prodiku ini banyak sekali micro teachingnnya. Benar2 membingungkan. Dan karena ditambah dengan kebodohanku akhirnya terciptalah bencana yg tak diinginkan.
Sepertinya aku tertinggal begitu jauh sekarang, hampir semua kawan2 sudah sibuk dengan perangkat skripsinya. Sebuha karya ilmiah yg benar2 haus akan kesempurnaan tulisan. Pembahasan yg begitu mendalam tentang sebuah penelitian, segala usaha pun dilakukan agar semua tampak sempurna. Walau manipulasi menjadi bentuk pelarian karya.
Skripsi, ngomong masalah skripsi. Aku benar2 salut kepada salah seorang penulis buku indonesia yg aku lupa namanya. Tapi yg aku tahu ia mahasiswa biasa, sama seperti kita. Dan ia bertekad bahwa tak akan menulis sedikit pun skripsi sampai ia mampu menerbitkan sebuah buku, dan akhirnya benar. Bahwa ia betul2 menerbitkan sebuah buku, tapi sayangnya kampus tempat ia menimba ilmu pengetahuan tak mampu menghargai jerih payahnya selain celaan kasar dari dosen2 yg sentimen kepadanya. Namun berbeda halnya dengan kampus lain, bukunya dijadikan alat untuk lebih dalam menimba ilmu pengetahuan, isi bukunya dibedah. Benar2 suatu perbedaan yg signifikan. Antara egoisme yg ditimbulkan oleh kampusnya sendiri dan orang lain. Tapi itulah kenyataan.
Sepertinya terlalu jauh aku menceritakan tentang orang lain dan kesuksesannya. Realitas yg sedang kuhadapi sekarang benar2 membuat otakku berfikir keras. Jika kesuksesan dinilai dengan hitam di atas putih maka sia2 adanya para manusia yg tak mampu sekolah, yg hanya mampu menghasilkan rupiah melalui keahlian2 yg tak tersalurkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar