Rencana = kehidupan?
Seiring berjalannya waktu, ternyata aku belum cukup dewasa untuk bisa menghadapi kehidupan. Terlalu berat rasanya, ketika orang tua tak mampu lagi mendukung secara materi. Karena pada kenyataannya, upah kerjaku ternyata lebih besar dibanding penghasilan ayahku per bulan. Aku mencoba mengatur keuangan, menyiapkan segala rencana. Tapi selalu saja gagal dan tak pernah berhasil. Uang gajiku habis entah kemana, lari ke perut mungkin, melihat kenyataan bahwa perutku semakin buncit. Aku sungguh berbeda dengan diriku 6 tahun yang lalu, waktu itu untuk makan sehari saja aku bingung karena aku hanya mampu mengambil upah dari jasa mengetik dengan komputer pentium 1 yg diberi oleh pamanku. Sekarang ketika semua menjadi serba mudah, aku malah tak mampu mengaturnya. Rasa malas selalu menyerang diriku, sepertinya sugesti untuk menjadi rajin tak lagi mampu kuterapkan. Hanya motivasi intrinsik yg bisa membuatku bangkit.
Sejenak aku terdiam merenungi hidup ini, melintas anak2 berseragam biru putih mengingatkanku kepada diriku 9 tahun yang lalu. Polos, bodoh, dan tak tahu apa2. mungkin saat SD aku dikenal sebagai siswa paling cengeng, bagaimana tidak setiap hari pasti saja aku menangis. Entah itu karena dikerjai teman2, ataupun karena sesuatu hal. Hal ini berlangsung sampai aku kelas 5 SD. Benar2 kenangan indah menurutku, aku menyelam terlalu dasar sehingga teringat kembali kepada seseorang yg pernah membuatku terpana pada masa biru putih itu. Namanya panjang sekali, namun aku terkejut karena ketika aku tahu bahwa dia tak seagama denganku. Aku mencoba mengubur dalam2 kenangan yg tak bermakna itu, perasaan hati yg tak pernah disampaikan. Mungkin aku Cuma bisa menulis, dan itu yg kulakukan untuk setiap pagi di sekolah. Dia mungkin tak pernah tahu bahwa surat2 itu berasal dariku. Dari orang yg cukup bodoh dan tak mengerti apa2.
Sudahlah, masa itu sudah lewat dan siklus itu pun lama2 akan habis terenggut oleh waktu. Aku tak boleh tenggelam di dalam dunia khayalan yg kuciptakan sendiri karena aku hidup di dalam dunia nyata dan aku punya seorang kekasih yg nyata pula.
Sekarang aku hanya berharap bahwa rencana esok hari mampu ku wujudkan tanpa kesulitan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar