Mahasiswa?
Aku berharap saat mentari berlum muncul aku sudah terbangun. Entah beberapa minggu ini aku tak pernah lagi masuk mata kuliah pagiku. Entahlah, lulus atau tidak aku pasrah saja. Percuma rasanya berusaha kalau ujung2nya akan berantakan semua. Aku berharap tak pernah bisa tidur, aku beraharap selalu terjaga agar aku tahu bahwa semua yang kurencanakan berhasil atau tidak. Namun semua hanya harapana, harapan kosong yang hanya akan membawaku ke lembah keterpurukan. Terlalu banyak berharap memang tidak terlalu baik. Berharap semua orang mau mengerti satu sama lain, memang terasa sangat sulit. Di masa sekarang manusia lebih suka memainkan ego daripada perasaan, mungkin saja termasuk diriku. Aku terkadang bisa saja tiba2 marah kepada seseorang tanpa sebab, mungkin karena beban fikiran yang terlalu menumpuk.
Kembali merenung tentang semua catatan dan tulisan yang selalu ku buat. Semua selalu saja berisi tentang keluhan dan kemarahan. Itulah sebenarnya representatif dari diriku, seorang yang memiliki ego terlalu tinggi. Sebenarnya untuk apa aku membuat itu semua, hanya menambah musuh dan pertengkaran serta dendam yang sudah cukup menyesakkan bumi ini. Namun aku berkaca dari masa lalu di mana seseorang dengan teguh menentang kehendak penguasanya dengan tulisan dan menjalani hidupnya dengan tulisan, aku ingin seperti itu. Dia bukan seseorang yang pandai, dia bukan istimewa, dia pun bukan seorang muslim. Akan tetapi ia menjadi salah satu yang menginspirasi para mahasiswa angkatang 98 untuk menggulingkan rezim suharto. Dia dikenal dengan nama Drs. Soe Hok-Gie atau yang lebih akrab dipanggil Gie. Ia mati saat masih muda di puncak Mahameru, Gunung tertinggi di tanah Jawa.
Ketika membaca sejarahnya dan tulisan2nya aku mulai terngaruh tentang pemahamannya terhadap dunia. Aku tak mengatakan bahwa ia manusia pintar akan tetapi ia selalu melihat sesuatu dari sudut yang begitu berbeda. Berpegang pada kebenaran dan memihak kepada rakyat, itulah yang kutahu tentangnya.
Di masa sekarang sungguh sedikit kulihat mahasiswa2 yaang mau berbuat seperti itu. Mereka lebih memikirkan nilai akademik mereka ketimbang tugas utamanya, yakni menjadi kontrol sosial masyarakat. Kenapa harus mahasiswa? Seperti yang pernah disampaikan bahwa mahasiswa adalah pihak yang netral di antara rakyat dan pemerintah serta untuk mencegah chaos (kekacauan) maka mahasiswa lah yang harus turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya.
Itulah mungkin sekilas kecil catatan tentang mahasiswa yang kutahu. Tak hanya belajar dan lulus kemudian menjadi budak2 pemerintah. Tapi menjadikan bangsa ini benar2 menajdi bangsa yang bermartabat.
Setumpuk masih menungguku, aku akan menghentikan tulisanku yang semakin ngawur ini. Wassalam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar