Kebohongankah itu semua?
Aku tertawa sendiri di dalam hati melihat sekelilingku diam, aku pun terdiam. Kepalaku terasa sedikit pening. Mungkin saja karena kampusku, pekerjaanku atau mungkin juga kehidupanku.
Kali ini PT. Arutmin Indonesia benar2 telah mengecewakan mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 200an orang. Bagaimana tidak, uang beasiswa yang seharusnya sudah diterima sekitar 3 bulan yang lalu tak kunjung cair. Mengeras layaknya karang es yang dihantam titanic. Panitia beasiswa hanya bisa cengengesan saat memberikan kabar keterlambatan yang setiap bulan itu. Kebohongan macam apa ini. Sebuah perusahaan besar, atau munkin saja raksasa seperti itu masih terlihat kebobrokan sistemnya. Kebobrokan yang membuat adrenalin para intelegensia semakin meningkat dan naik darah. Semua kecewa, ada yang bingung besok mau makan apa, ada yang terlihat depresi karena semua rencananya untuk uang tersebut berantakan. Begitu pula denganku.
Aku tak begitu menyalahkan, karena aku tahu memang begitulah adanya. Namun aku cukup prihatin terhadap kawan2 mahasiswa yang benar2 memngharapkan uang tersebut, uang yang tak pasti ada. Memang uang bukanlah segalanya, tapi di dunia yang penuh keterbelakangan ini uang telah hampir menguasai semuanya. Bahkan untuk buang air kecil saja perlu mengeluarkan uang. Dunia yang semakin aneh ini telah diisi pula oleh orang2 yang semakin aneh.
Berbicara tentang dunia, seolah-olah tak ada habisnya. Tentang harta, tahta, dan wanita. Semua hal itu ternyata benar2 membutakan manusia. Manusia yang diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dibanding spesies lainnya. Tapi manusia bisa menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dibandingkan binatang sekalipun. Tak tahulah aku bagaimana sebenarnya sistem kehidupan yang telah diciptakan untukku kita semua. Para agamis berpendapat bahwa manusia hidup untuk menyembah dan berbakti kepada tuhan, namun ilmu pengetahuan memiliki sisi pandang yang berbeda. Ilmu pengetahuan dan agama benar2 sesuatu yang berbeda menurutku. Argumentasi ilmu pengetahuan tak bisa diccampur aduk dengan agama, sedangkan kudusnya agama tak bisa dibaurkan dengan ilmu pengetahuan. Namun ketika manusia telah menemukan jalannya, maka sebuah pendapat mengatakan bahwa “ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang”. Hal itu disampaikan bukan oleh seorang muslim ataupun seseorang yang punya gelar tinggi. Yang aku tahu, dia bernama “albert einstein”. Tak pernah menyelesaikan sekolahnya dan langsung mendapat ilmu pengetahuan dari ibunya.
Sekarang yang jadi pertanyaan, apakah semua ilmu pengetahuan yang kita dapat itu sah adanya, ataupun mungkin hanya sebuah fatamorgana yang tak kita ketahui benarnya. Ilmu itu ibarat pisau, yang bisa terhunus dan menusuk diri kita dari depan. Atau mungkin juga layaknya bantal yang menahan kepala kita sat kita beristirahat di atas tempat tidur yang empuk. Entahlah, semua ini masih tanda tanya yang besar di otakku yang terlalu buntu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar