About

Pesimis terhadap kehidupan

(17/01/11)

Masih berusaha untuk melelapkan diri di tengah kesunyian malam yg semakin dalam, walau tak bisa. Besok atau mungkin tepatnya beberapa jam lagi adalah minggu kedua aku bekerja di perusahaan percetakan terbesar di kalimantan itu PT. GRAFIKA WANGI KALIMANTAN. Beruntung sekali rasanya orang sepertiku bisa bekerja di tempat seperti itu. Semoga saja aku tidak terlambat lagi bangun mengingat aku orang yg sulit sekali bangun apabila sudah tertidur lelap di dalam buai mimpi.
Dingin menyengat seakan menusuk ke dalam tulang rusuk. Semua alarm di HP udah kunyalakan semua dengan volume yg paling nyaring, walau terlihat sia-sia karena pada akhirnya aku akan bangun tidur jauh dari rencana. Hari ini atau mungkin bisa disebut kemarin karena jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat sedikit, aku menghadiri acara yg diadakan oleh instansi yg memeberiku beasiswa PT. ARUTMIN. Benar-benar acara yg membosankan menurutku, selalu saja yg dibahas mengenai kesuksesan. Aku berfikir sejenak, kenapa tak pernah orang mengadakan seminar tentang kegagalan seseorang. Karena aku pikir kegagalan merupakan kunci awal sukses. Tanpa mengetahui gagal seseorang tak akan mungkin meraih sukses. Ya sudahlah, mungkin pikiranku terlalu bodoh dan dangkal untuk berbicara tinggi seperti itu. Entahlah kenapa aku berpikir seperti itu, mungkin saja aku terlalu gagal dan terlalu sering memikirkannya. Sehingga membuatku menjadi orang yg berfikir terlalu dangkal dan sempit. Tapi aku berpegang pada satu pepatah yg mengatakan bahwa “kegagalan merupakan awal dari kesuksesan” mungkin hal itu benar mungkin juga salah. Namun pada kenyataannya itu terbukti benar dan para ilmuwan serta orang-orang jenius yg namanya sudah tersohor lainnya sudah membuktikannya. Aku mungkin satu di antara seribu orang yg selalu pesimis terhadap kehidupan. Bagaimana tidak, di dalam hidup ini sudah terlalu banyak penipuan. Mungkin saja aku bisa mendefinisikan hidup adalan tipu muslihat. Siapa yg lihai dan cekatan mengolah nasib maka dia yg mampu bertahan. Tidak lagi seperti jaman batu dan tak ada lagi yg namanya hukum rimba. Dunia berputar terlalu cepat, sampai-sampai aku tak tahu apakah roda kehidupanku berputar atau tidak. Tampak aku telah memilih jalan hidupku sendiri, menjadi orang yg selalu melawan. Melawan untuk bebas dan berusaha menjadi yg terbaik.
Kali ini aku tak mampu lagi berfikir untuk menulis, walaupun sebenarnya aku harus beracuan pada “tulislah apa yg kupikirkan”. Pada dasarnya itu salah, karena segala sesuatu yg ada di dunia ini sistematis, contohnya saja kepada bahasa yg dihasilkan oleh sesuatu yg tak tertulis yaitu adat. Bahasa adalah sistematis memiliki struktur2 yg tak boleh dilangkahi. Begitu pula halnya dalam menulis. Aku harus beracuan pada apa yg kubahas. Tampaknya sudah terlalu ngaco jalan berfikirku, aku cukupkan saja tulisan ini sampai di sini. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar