elfaqar - Setelah lebih dari 1 dekade saya tinggal di Banjarmasin. Akhirnya, baru tadi malam saya merasakan malam tahun baru yang senyap. Rasa-rasanya, pandemi yang sekarang tengah terjadi membuat sadar sebagian warga Banjarmasin. Bahwasanya menyalakan kembang api dan petasan di malam tahun baru merupakan suatu kesia-siaan.
Sekarang hari pertama di tahun 2021. Jika kita berkaca di tahun sebelumnya, seharusnya kita bisa merasakan bagaimana rasanya terbelenggu di rumah sendiri.
Tahun 2020 merupakan tahun terberat bagi Indonesia, mungkin
juga bagi dunia. Bagaimana tidak, jutaan nyawa manusia menjadi korban akibat
virus dari Cina. Jutaan orang merasa waswas, karena mereka tidak tahu kapan tiba
giliran mereka untuk dinyatakan terinfeksi virus.
Namun, ada juga sebagian dari mereka yang merasa asyik
dengan adanya pandemi yang tengah terjadi. Mereka dikenal dengan julukan kaum rebahan.
Kaum Rebahan
Di masa sebelum Covid-19 menyerang. Mereka, kaum rebahan, seringkali dianggap sebagai beban. Beban bagi keluarga, negara, bahkan untuk mereka sendiri.
Kini, ketika muncul anjuran dari pemerintah untuk diam di rumah saja. Kaum rebahan merupakan mayoritas mereka yang sangat taat kepada anjuran pemerintah ini. Selain itu, dengan adanya aturan baru dari pemerintah ini. Kaum rebahan naik kasta, setidaknya dua atau tiga tingkat.
Selain dampak di atas. Pandemi yang terjadi di tahun 2020,
menjadi momen memilukan bagi banyak karyawan swasta. Pasalnya, sebagian dari
mereka ada yang di-PHK secara sepihak ataupun berkurang penghasilannya, karena harus mengurangi jam kerja mereka. Seperti kuli angkut di pasar, pelabuhan, dan mereka yang jualan keliling.
Beruntung kamu yang dahulu bercita-cita menjadi PNS.
Pilihanmu tepat. Selain bisa makan gaji buta, kamu juga tidak perlu khawatir
untuk bisa melanjutkan hidup di masa pendemi seperti sekarang ini.
Kembali kepada malam tahun baru, memang rasanya agak ganjil
tadi malam. Tidak seperti malam tahun baru yang lalu lalu. Keadaan sunyi senyap
itu membuat saya agak heran. Namun, saya teringat akan larangan pemerintah tentang
jam malam yang diberlakukan.
Tidak sengaja, saya terjatuh dari kursi. Padahal di rumah
ini tidak ada kursi. Jatuhnya agak lama, seperti jatuh ke dalam jurang.
Tiba-tiba siku saya menyentuh lantai. Saat melihat jam, sudah pukul 4 pagi.
“Pantas saja tidak ada bunyi mercon dan kembang api,
ternyata saya ketiduran”, saya berisik dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar