About

Kembali menulis

7 oktober 2012 Bertempur dengan cairan2 yang mencukupi kebutuhanku, CMYK yang ada di mesin cetak IP2770 dan MP287 agar mereka menghasilkan warna separasi yang lurus dan memenuhi kebutuhan pelangganku. Dan agar para pelangganku terpuaskan dengan hasil yang didapat. Rasanya sudah lama sekali aku tak mencurahkan satu katapun dari alam pikiranku yang dangkal ke sebuah paragraf2 yang memuakkan, bagi sebagian orang. Mungkin saja karena sibuk memikirkan pekerjaan, si dia atau entah apapun. Sekarang sudah tepat seminggu aku berhenti dari tempat kerja si bos, karena mungkin aku ingin membuat langkah baru di hidupku mewujudkan impian dan obsesiku sendiri. Membuka usaha percetakan sendiri. Entahlah ini kesuksesan atau perjudian yang halal. Karena pada awalnya background pendidikan akademisku bukan bidang cetak mencetak ataupun penerbitan. Perkuliahan yang kujalani selama 4 tahun ini tak menghasilkan apa2 bagi sebagian besar manusia yang mengaku mengenalku. Tapi bagiku, kata2 dan cercaan mereka semakin membakar ambisiku untuk berusaha lebih keras. Segala ilmu yang kudapat dari semua tempat yang pernah aku kerja di sana mencoba kukombinasikan dengan ambisiku yang sudah menggebu-gebu. Kembali ke kehidupan nyata yang sedang kita jalani. hampir setiap malam pikiranku sedikit terganggu dengan sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita “sukses”. Aku berfikir dalam hati, “apakah aku sudah sukses?” pada dasarnya sukses tak memiliki makna yang begitu penting bagiku yang telah menyia2kan uang kuliah selama 4 tahun. Jika sebagian orang berfikir bahwa sukses adalah selesai mengerjakan akademisnya dengan lulus, dan kemudian hidup di bawah naungan pemerintah dengan tenteram (menjadi PNS). Maka aku tergolong manusia yang gagal. Mungkin karena kehidupanku tidak semanis itu. Dan tak terpikir olehku untuk bisa hidup bergantung kepada negeriku yang semakin renta dan banyak hutang. Mungkin idealismeku ini terdengar bodoh buat sebagian intelejensia yang berfikir “rasional”. Tapi aku rasa itulah esensi yang seharusnya diketahui para inteljensia ketika mereka “makan bangku kuliah”. Ada sekelompok mahasiswa yang menamakan diri mereka “agent of change” ada pula yang menamakannya “agent of politics” aku rasa semua nonsense! Ketika pada ujung2nya mereka lulus meraih strata 1, 2, 3, 4, dst dan kemudian menjadi salah satu beban pemberat buat negeri ini. Semua julukan yang itu hanya tinggal kata2 dan ucapan2 yang jadi sejarah buat dirinya sendiri. 8 oktober 2012 Masih berjibaku dengan layar LCD dan CPU AMD Athlon X2 yang dibelikan dari uang yang ditinggal ayahku mati. Mungkin anggap saja itu uang warisan, setelah ayahku meninggal perjalananku seakan makin rapuh. Dan semakin rapuh ketika aku mulai mengurus administrasi akademis di perkuliahan yang menurutku terlalu berputar-putar. Tapi mungkin itulah sistim yang mereka ciptakan. Sistim yang membuat orang sepertiku terlempar jauh agar tak lagi menginjak di perguruan tinggi. Melihat tulisanku di atas sepertinya aku tak lagi produktif dalam menulis. Walaupun, aku ingin sekali menulis. Karena pikiranku terasa lega ketika aku mampu mencurahkan di dalam bentuk hitam di atas putih. Sekarang masih ada pekerjaan yang menumpuk di kios kecilku. Dan harus aku sudahi dulu tulisan ini sampai disini. Semoga aku mampu berkarya berharap melebihi kawan2ku yang sudah kenyang memakan gelar stratanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar