Memang agak terlalu jauh dari Banjarmasin, tapi saya hanya ingin memiliki perasaan empati terhadap sesama manusia.
Mungkin sudah terlalu lama saya biarkan blog ini nganggur dihurung lalat. Namun, banyak celotehan berkicau di dalam kepala saya. Entah kenapa perasaan malas untuk menulis itu pun selalu muncul. Mungkin karena saya tidak aktif lagi sebagai mahasiswa di kampus.
Saya bukan lagi anak kampus. Saya yang sekarang hanya seorang manusia yang berusaha memperjuangkan hidup tanpa “es”. Saya meninggalkan dunia kampus bukan tanpa alasan, sebenarnya sudah lebih dari setahun yang lalu saya ingin cepat-cepat melepas gelar intelegensia ini. Akan tetapi baru sekarang saya mampu melakukannya.
Sebagian mungkin berpikir saya manusia yang bodoh, sebagian lagi akan menganggap saya sebagai manusia yang hanya hidup dengan sia-sia di muka bumi ini. Tapi saya menganggap inilah kebabasan.
Beban pikiran saya berkurang satu demi satu. Tapi saya tahu masalah yang lebih besar telah menghadang, tantangan hidup.
Di dalam mindset otak kecil saya, telah tertanam bahwa semua hal yang ada di dalam kampus itu palsu. Hanya sandiwara belaka. Berusaha membohongi diri sendiri. Tapi saya tidak menganggap para intelejensia itu bersandiwara.
Seorang kawan yang semasa kuliahnya sebagai aktivis kampus, menentang kebijakan yang bertentangan dengan jiwa “keadilan” kini ciut menghadapi dunia nyata dan lebih memilih menunggu diangkat menjadi PNS.
PNS menjadi momok yang begitu diinginkan bagi para fresh graduate untuk bisa mencapai kesuksesannya. Sungguh sempit arti kesuksesan itu.
Setidaknya walau saya jadi pecundang, saya sudah tidak lagi menjadi intelejensia.
Tidak perlu lagi ikut di dalam kontrol sosial masyarakat. Jika ada yang mengatakan bahwa mahasiswa itu adalah agent of change, maka ia telah berbohong kepada khalayak ramai dan mengakui kebodohannya.
Tidak semua mahasiswa agent of change. Hanya manusia yang penuh kepentingan lah yang menjadi agent of change. Kemudian ketika sudah memiliki kekuasaan akan lebih mementingkan dirinya sendiri dengan berkedok bersih dari KKN.
Saya tidak takut dengan para dosen yang suka menyelewengkan jam kerja mereka. Atau yang suka mengkritik mahasiswanya padahal mereka sendiri tidak sadar dengan kesalahan yang mereka perbuat.
Saya tidak peduli lagi dengan para representatif mahasiswa yang katanya merupakan perpanjangan suara kepada para pejabat atas, karena saya tahu mereka bohong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar