About

Kisah Perjalanan Mengenal Organisasi Hingga Menulis


elfaqar.blogspot.com - Kisah itu bermula ketika saya baru saja beranjak memasuki bangku SMA. Tepatnya semester 1 di sebuah organisasi kepramukaan Gugus Depan Panglima Sudirman. 

Saya mengenal organisasi dimulai dari situ. Awalnya kegiatan itu diwajibkan bagi siswa semester 1. Wajib ikut pramuka. Namun lama kelamaan saya semakin tertarik, dan semakin sering ikut perkemahan yang diadakan. 

Begitulah kisah awal perjalanan saya mengenal organisasi. Seperti terbentuk sendiri, mental saya mulai terlatih, walau fisik kurang mendukung. Saya yang pada awalnya tak banyak bicara. Perlahan-lahan keberanian untuk berbicara di depan umum mulai muncul. 

Sampai pada akhirnya, saya harus pindah sekolah karena mengikuti orang tua. 

Di Sekolah Baru dan Mulai Tertarik Menulis

Di sekolah baru itu, saya mulai menjelajah ke organisasi kepramukaan. Karena ingin tahu, saya masuk. Namun sayang, organisasi itu tidak berjalan dengan semestinya. Terlalu banyak kepentingan-kepentingan di dalamnya. Sehingga saya mulai enggan mengikuti kegiatannya. 

Saya mulai aktif mengikuti diskusi di dalam kelas. Bahkan berdebat dengan kawan sendiri, hanya karena perbedaan pendapat mengenai tenses

Selain itu saya mulai tertarik dengan dunia tulis menulis. Saya tergolong siswa yang paling malas untuk menulis. Bagaimana tidak, ketika mengerjakan soal saya menulis dalam bahasa SMS. 

Alhasil, saya dijemur di tengah lapangan. Mulailah saya berusaha menulis dengan teratur dan menggunakan tanda baca dengan benar. 

Seni sastra mulai menarik perhatian saya, khususnya puisi. Karangan bebas. Saya kemudian mulai aktif mengisi mading kelas dengan puisi-puisi yg aneh. Mulai dari tema yang sedih sampai tentang kematian.

Pada saat naik kelas tiga, saya mulai meninggalkan kebiasaan menulis puisi. Mungkin saja karena terlalu sibuk memikirkan Ujian Akhir Nasional. 

Komputer

Komputer, barang yang satu ini tak pernah luput dari pandangan saya. Pertama kali saya belajar komputer saat ayah datang membawa komputer bekas dari kantor. Kemudian diperbaiki dan ditaruh di kamar saya. 

Saya masih ingat, memiliki sekotak disket yang semuanya berisi game. Walau tidak menarik, tapi membuat saya senang. 

Microsoft Office Word 97 mulai saya geluti, ditemani windows 98 dan prosesor Pentium II yang sekarang mungkin akan terlihat sangat jadul sekali. 

Huaaah… cape nostalgianya. Sekarang langsung saja loncat ke jaman kuliah. 

Masa Kuliah dan Awal Karir Desain Grafis

Pada semester awal, semua terlihat begitu segar dan bersemangat. Walau sebenarnya bukan jurusan ini yang saya inginkan. Namun, karena masalah biaya saya harus mengiukuti kata orang tua. 

Masuk semester kedua, saya mulai aktif terlibat di dalam beberapa organisasi mahasiswa. 

Awalanya oganisasi keislaman yang masuknya pun tanpa disengaja. Aneh menurut saya. Tapi ya sudahlah, itung-itung nambah pengalaman. 

Di dalamnya saya masuk di bidang khusus penulisan dan mulai aktif menerbitkan buletin. Tak lama setelah itu, terbit sebuah tabloid mahasiswa yang berjudul KINDAY. Tidak tahu apa itu, dan apa artinya. Karena gratis penerimaan anggotanya, saya pun ikut nimbrung di dalamnya. 

Kemudian bertemu dengan makhluk yang kini sudah jadi sarjana. (Erwien, Restu, Ria, Ulfa, dan Acad). 

Pada dasarnya saya masuk ke organisasi itu bukan tertarik dengan dunia tulis menulisnya. Akan tetapi proses pembuatannya. Saya hanya ingin tahu bagaimana sebuah tabloid bisa tercipta. 

Ketika akan terbit edisi kedua, ternyata ada masalah internal yang tidak terelakkan. Saat itulah saya pertama kalinya mencoba belajar mendesain sebuah tabloid. 16 halaman ukuran 29 x 42. Sendirian. 

Wuih… usaha yg melelahkan, walau hasilnya kurang begitu memuaskan. Tapi itu hasil karya seorang amatir muda. Mencoba mendesain memakai program Adobe Pagemaker

Pada edisi ketiga, saya mencoba dengan gaya saya sendiri. Memakai coreldraw 12. Alhasil sedikit ada perubahan dan saya mengerjakan sedikit lebih ringan. Sebelumnya saya pernah melakukannya pada penerbitan buletin namun yang ini dalam skala besar. 

Cerita terus berlanjut, dan saya masih terus belajar untuk menyempurnakan ilmu yang sedikit itu. 

Sampai kepada tahun 2009, beban mulai terkurangi karena banyak anggota baru yang masuk divisi desain grafis. Mereka mulai paham dengan apa yang saya jelaskan. Walau sekarang tak ada lagi batang hidungnya saya lihat di sekre. Mungkin karena sekre kotor atau karena sudah bosan dan punya terlalu banyak ilmu sehingga merasa kurang berkembang di dalam sini. 

Tampuk tanggung jawab untuk mendesain tabloid dan buletin sudah dipindahkan. 

Melamar Kerja

Saya mulai gencar mengirim surat lamaran pekerjaan, dan mulai memasuki dunia kerja. Saya menyadari bahwa saya tidak mungkin lulus kuliah dengan cepat. Maka saya memutuskan untuk sambil bekerja. 

Mulai dari bekerja sebagai penajaga rental PS sampai sekarang menjadi seorang desainer grafis di sebuah perusahaan percetakan terbesar se Kalselteng. 

Tapi sayang, itu tak berlangsung lama. Karena Cuma kontrak 6 bulan. Alhamdulillah, saya sekarang sedang bekerja di sebuah percetakan digital printing di sekitar daerah pekauman. Sampai saat ini, saya masih berpikir, apakah kisah saya akan berakhir dengan indah ataukah sebaliknya?

Kisah Perjalanan Mengenal Organisasi Hingga Menulis

Kisah Perjalanan Mengenal Organisasi Hingga Menulis


elfaqar.blogspot.com - Kisah itu bermula ketika saya baru saja beranjak memasuki bangku SMA. Tepatnya semester 1 di sebuah organisasi kepramukaan Gugus Depan Panglima Sudirman. 

Saya mengenal organisasi dimulai dari situ. Awalnya kegiatan itu diwajibkan bagi siswa semester 1. Wajib ikut pramuka. Namun lama kelamaan saya semakin tertarik, dan semakin sering ikut perkemahan yang diadakan. 

Begitulah kisah awal perjalanan saya mengenal organisasi. Seperti terbentuk sendiri, mental saya mulai terlatih, walau fisik kurang mendukung. Saya yang pada awalnya tak banyak bicara. Perlahan-lahan keberanian untuk berbicara di depan umum mulai muncul. 

Sampai pada akhirnya, saya harus pindah sekolah karena mengikuti orang tua. 

Di Sekolah Baru dan Mulai Tertarik Menulis

Di sekolah baru itu, saya mulai menjelajah ke organisasi kepramukaan. Karena ingin tahu, saya masuk. Namun sayang, organisasi itu tidak berjalan dengan semestinya. Terlalu banyak kepentingan-kepentingan di dalamnya. Sehingga saya mulai enggan mengikuti kegiatannya. 

Saya mulai aktif mengikuti diskusi di dalam kelas. Bahkan berdebat dengan kawan sendiri, hanya karena perbedaan pendapat mengenai tenses

Selain itu saya mulai tertarik dengan dunia tulis menulis. Saya tergolong siswa yang paling malas untuk menulis. Bagaimana tidak, ketika mengerjakan soal saya menulis dalam bahasa SMS. 

Alhasil, saya dijemur di tengah lapangan. Mulailah saya berusaha menulis dengan teratur dan menggunakan tanda baca dengan benar. 

Seni sastra mulai menarik perhatian saya, khususnya puisi. Karangan bebas. Saya kemudian mulai aktif mengisi mading kelas dengan puisi-puisi yg aneh. Mulai dari tema yang sedih sampai tentang kematian.

Pada saat naik kelas tiga, saya mulai meninggalkan kebiasaan menulis puisi. Mungkin saja karena terlalu sibuk memikirkan Ujian Akhir Nasional. 

Komputer

Komputer, barang yang satu ini tak pernah luput dari pandangan saya. Pertama kali saya belajar komputer saat ayah datang membawa komputer bekas dari kantor. Kemudian diperbaiki dan ditaruh di kamar saya. 

Saya masih ingat, memiliki sekotak disket yang semuanya berisi game. Walau tidak menarik, tapi membuat saya senang. 

Microsoft Office Word 97 mulai saya geluti, ditemani windows 98 dan prosesor Pentium II yang sekarang mungkin akan terlihat sangat jadul sekali. 

Huaaah… cape nostalgianya. Sekarang langsung saja loncat ke jaman kuliah. 

Masa Kuliah dan Awal Karir Desain Grafis

Pada semester awal, semua terlihat begitu segar dan bersemangat. Walau sebenarnya bukan jurusan ini yang saya inginkan. Namun, karena masalah biaya saya harus mengiukuti kata orang tua. 

Masuk semester kedua, saya mulai aktif terlibat di dalam beberapa organisasi mahasiswa. 

Awalanya oganisasi keislaman yang masuknya pun tanpa disengaja. Aneh menurut saya. Tapi ya sudahlah, itung-itung nambah pengalaman. 

Di dalamnya saya masuk di bidang khusus penulisan dan mulai aktif menerbitkan buletin. Tak lama setelah itu, terbit sebuah tabloid mahasiswa yang berjudul KINDAY. Tidak tahu apa itu, dan apa artinya. Karena gratis penerimaan anggotanya, saya pun ikut nimbrung di dalamnya. 

Kemudian bertemu dengan makhluk yang kini sudah jadi sarjana. (Erwien, Restu, Ria, Ulfa, dan Acad). 

Pada dasarnya saya masuk ke organisasi itu bukan tertarik dengan dunia tulis menulisnya. Akan tetapi proses pembuatannya. Saya hanya ingin tahu bagaimana sebuah tabloid bisa tercipta. 

Ketika akan terbit edisi kedua, ternyata ada masalah internal yang tidak terelakkan. Saat itulah saya pertama kalinya mencoba belajar mendesain sebuah tabloid. 16 halaman ukuran 29 x 42. Sendirian. 

Wuih… usaha yg melelahkan, walau hasilnya kurang begitu memuaskan. Tapi itu hasil karya seorang amatir muda. Mencoba mendesain memakai program Adobe Pagemaker

Pada edisi ketiga, saya mencoba dengan gaya saya sendiri. Memakai coreldraw 12. Alhasil sedikit ada perubahan dan saya mengerjakan sedikit lebih ringan. Sebelumnya saya pernah melakukannya pada penerbitan buletin namun yang ini dalam skala besar. 

Cerita terus berlanjut, dan saya masih terus belajar untuk menyempurnakan ilmu yang sedikit itu. 

Sampai kepada tahun 2009, beban mulai terkurangi karena banyak anggota baru yang masuk divisi desain grafis. Mereka mulai paham dengan apa yang saya jelaskan. Walau sekarang tak ada lagi batang hidungnya saya lihat di sekre. Mungkin karena sekre kotor atau karena sudah bosan dan punya terlalu banyak ilmu sehingga merasa kurang berkembang di dalam sini. 

Tampuk tanggung jawab untuk mendesain tabloid dan buletin sudah dipindahkan. 

Melamar Kerja

Saya mulai gencar mengirim surat lamaran pekerjaan, dan mulai memasuki dunia kerja. Saya menyadari bahwa saya tidak mungkin lulus kuliah dengan cepat. Maka saya memutuskan untuk sambil bekerja. 

Mulai dari bekerja sebagai penajaga rental PS sampai sekarang menjadi seorang desainer grafis di sebuah perusahaan percetakan terbesar se Kalselteng. 

Tapi sayang, itu tak berlangsung lama. Karena Cuma kontrak 6 bulan. Alhamdulillah, saya sekarang sedang bekerja di sebuah percetakan digital printing di sekitar daerah pekauman. Sampai saat ini, saya masih berpikir, apakah kisah saya akan berakhir dengan indah ataukah sebaliknya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar