Saya semakin berpikir tentang semua itu. Sebenarnya kampus ini mau dijadikan apa?
Mau bikin negara di dalam kampus?
Atau mau punya kekuasaan, agar bisa menjilat para petinggi yang ada di sana?
Sepertinya kehidupan kampus penuh dengan semua kebingungan. Bingung ingin menentukan arah, tiba-tiba saja kampus saya sudah seperti arena kejuaraan suara dan kekuasaan.
Masing-masing golongan saling berlomba mendirikan organisasi dan partainya. Entahlah apa yang sebenarnya mereka pikirkan.
Semakin lama saya lihat, semakin terpuruk saja keadaan kampus ini.
Instansi, pemerintahan, organ ekstra, bahkan partai politik pun ingin masuk ke kampus.
Disadari atau tidak, kampus benar-benar telah menjadi lahan basah. Tempat berkumpulnya generasi penerus yang dicari oleh semua pihak. Tempat berkumpulnya ide-ide imajinatif yang mampu membuat gebrakan, sehingga para pihak luar pun tergiur ingin menguasainya.
Menurut analisis bodoh saya. Pada dasarnya semua itu berhubungan, karena saya pernah terlibat di dalamnya. Di dalam sebuah organisasi berbasis keagamaan intra kampus yang ternyata berkaitan erat dengan ekstra kampus. Lebih parahnya tidak sedikit intelegensia ekstra kampus yang ikut serta di dalam partai politik.
Semua tersusun rapi, gerakan permukaan yang sempurna untuk mencari kader partai. Membawa nama agama hanya demi kekuasaan fana. Munafik!
Sepertinya dunia ini penuh dengan segala tipu muslihat. Bahkan di dalam diri saya sekalipun. Mata manusia tidak mampu lagi membedakan mana benar dan salah, hitam atau pun putih. Semua samar, abu-abu, dan abstrak. Layaknya karya seni yang abstrak namun memiliki nilai jual tinggi.
Mungkin saja semuanya akan berakhir ketika perang telah dicetuskan oleh Imam Mahdi.
Semoga saja, mereka para intelegensia baru mengetahui bahwa mereka hanyalah ladang yang siap ditanami oleh pihak-pihak yang hanya ingin memanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar