Bosan
Tadi untuk menghilangkan kebosanan, aku pergi ke kampus. Melepaskan kebosanan dan bercengkerama dengan celeronku di alam cyber yg tak ada batasnya. Aku melihat sekitarku, orang2 sibuk dengan kuliah semester pendeknya. Di sisi lain, ada para orang tua sedang menemani anak mendaftar kuliah. Di tempat lainnya, ada yg asik tertawa-tawa sambil bergosip (biasalah, cewek. Mulutnya kan dua, menurutku).
Yach... sembari dikelilingi oleh hal2 aneh itu, aku mencoba mengunduh sebuah film dari suatu situs di internet. 3 jam harus menunggu, karena ukuran film yg teralu besar. Aku bosan dengan dunia maya, kini aku menunggu uduhan dengan membaca beberapa e-book, salah satunya ialah sebuah skripsi yg dibuat sekitar tahun 60-an yg berjudul “di bawah lentera merah”. Yap... betul sekali itu adalah salah satu karya ilmiah seorang pemuda tiong hoa yg jiwa raganya lebih Indonesia ketimbang pemuda2 di zamannya, Soe Hok-Gie. Kenapa aku katakan lebih Indonesia, karena seperti yg tidak ataupun kita ketahui bahwa tulisan2nya benar2 menggugah semua sendi2 dari masyarakat bawah sampai ada tingkatan jabatan tinggi. Jarang ada orang yg tidak terpengaruh setelah membaca tulisannya. Terkadang orang itu marah, terkadang orang itu berkobar2. tulisan apa adanya. Hanya berbasis kepedulian dan keinginan untuk menciptakan kehidupan yg lebih bermakna. Namun sayang, dia bukan seorang pemuda yg memiliki umur yg panjang. Ia mati sehari sebelum umurnya ganjil 27 tahun. tragis dan menyedihkan.
Kembali ke alam nyata, walau sedikit tampak ada fatamorgana. Aku sedang menampung semua pamikiran agar dapat mengambil intisari tentang semua ini. Evolusi manusia yg semakin berkembang ternyata tak begitu besar. Itu terbukti katanya bahwa manusia hanya menggunakan 10% dari kemampuann otaknya untuk berfikir. Lagi2 terimajinasi tentang film the socerrer’s apprentice. Sebuah film tentang seorang penerus merlin yg harus membunuh kekuatan iblis terbesar. Ia hanya seorang asli fisika, sang guru mengatakan bahwa ia bisa menggunakan kemampuan otaknya lebih dibanding menusia lainnya. Itulah perbedaan penyihir dan manusia, katanya. Yach.... terlalu berimajinasi sepertinya. Tapi kurasa ada juga sedikit benarnya. Mungkin saja manusia bisa terbang seandainya bisa benar2 menggunakan 100% kapasitas yg dimiliki otak. Lain lagi dengan fil frankestein syndrome, menceritakan tentang penelitian seorang dokter yg mencari obat penyembuh dari semua penyakit, bahkan kamatian. Yang artinya ia dapat menghidupkan orang mati. Filmnya lumayan seru. Tak sepertinya semua tak masuk akal ketika kita melihat ada manusia yg bisa terbang, menembus tembok, ataupun menggerakkan sesuatu hanya denga fikiran. Tapi banyak acara reality show yg ada di televisi yg menayangkan hal tersebut. Aneh.
Beberapa menit yg lalu ada seorang teman dari fakultas ekonomi, ada kerjaan katanya. Menjadi tim leader. Aku kurang mengetahui benar apa maksudnya, aku berfikir sejenak. Dan kemudia aku anggukkan kepalaku. Insya Allah, kataku. Semoga saja, pekerjaannya tidak terlalu membebani pikiranku. Semoga.
Sekarang, aku masih asik mengutak-atik perlengkapan tempurku. Melihat IDM masih satu jam lgi baru selesai unduhan. Mending aku maen game aja....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar