About

Bohong

bohong


elfaqar.blogspot.com - Sejenak saya berpikir tentang apa yang sedang terjadi. Saya menutup mata sejenak dan saya lihat diri saya di masa lalu. Bersama keluarga dan dikelilingi teman-teman yang menyenangkan. 

Saya berada di sana. Melangkah menuju ruangan kelas yang kosong. Terlalu pagi rupanya saya datang. Saya berada di kelas 2 SMP. Bercelana biru tua dan baju putih kapas. 

Kira-kira umur saya….. saya lupa. Sudah terlalu lama rupanya. Saya duduk paling pojok. Menunggu kawan-kawan yang lain datang, saya mulai menggoreskan pena di atas secarik kertas. 

Mengeluh tentang dunia yang memusingkan. Berpuisi dengan lantunan nada sumbang. Akhirnya jadilah sebuah syair yang tidak nyaman dibaca. 

Saya mengeluh tentang ketuhanan. Saya mengeluh tentang perbedaan yang ada. 

Kenapa harus ada agama? Kenapa harus diatur sedemikian rupa? 

Bukankah manusia itu makhluk yang bebas? 

Menjelang pakaian putih abu-abu, saya baru merasa bahwa agama itu penting. Mengatur manusia sesuai kodratnya. Memperbaiki apa yang salah dan menuju kepada kebaikan. 

Saya berusaha mendalaminya, namun ketika saya memasuki dunia kampus. Pandangan hampir 180 derajat berubah tentang agama. Yang saya lihat, agama hanya dijadikan mainan oleh para partai politik. Menarik perhatian khalayak dengan sorban di kepalanya. Mencari dukungan dengan pura-pura bertindak layaknya seorang ustadz padahal ia bohong.

Beranjak semakin dewasa, tampaknya agama kini hanya tinggal mitos belaka. Kisah-kisah nabi yang selalu kita ketahui hanya dijadikan dongeng. Sementara ketika kita bau kencur. 

Realitas yang ada, bahwa agama seperti kendaraan politik. Dicampur baurkan dengan kepentingan-kepentingan tertentu. 

Saya tergoyahkan. Saat diafragma mata terbuka, saya melihat screen saver layar lcd melayang-layang. 

Sudah saatnya saya bangun dari lamunan gila ini. Melanjutkan hidup bersama bitmap dan vektor yang selalu menarik perhatian saya. 

Memang saya sadari, bahwa dunia tak akan pernah menjadi adil. Semua itu hanya omong kosong belaka, ketika seseorang mengatakan bahwa ia tenteram. Padahal hatinya, penuh dengan kebimbangan yang selalu mendera-dera. 

Pikirannya serasa hancur. Kini setiap kata dan tinta yang saya tuang, hanya dipenuhi dengan protes belaka, protes kepada sang pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar