Akhir-akhir ini saya lagi pusing mikirin uang buat bayar SPP. Walaupun baru aja dapat beasiswa, tapi uang itu habis buat ngelunasin hutang sama makan sehari-hari. huh! cape...
Otak saya yang sempit ini rasanya seperti dihantam batu yang beratnya mencapai berton-ton. Apalagi nanti ada tambahan bayaran uang PPL 2. Saya aja bingung, apakah PPL 1 bisa lulus atau gak.
Kehidupan saya agak rumit akhir-akhir ini. Tak enak rasanya menjadi miskin dan bodoh, bumi yang luas terasa sempit. Sama seperti sempitnya kubur yang akan saya diami, sambil menunggu hari peradilan tiba.
Sekarang jam menunjukkan sekitar pukul setengah 6 sore, saya masih asik makai internet gratis di kampus. Berharap bisa menenangkan fikiran yang selalu melilit di otak. Sebenarnya saya pengen nyari kerjaan, tapi tampaknya saya agak trauma. Mungkin karena terlalu sering dipecat.
Pekerjaan yang saya pegang tak pernah beres rasanya, saya merasa seperti manusia paling bodoh di jagat raya. Kemarin, seorang kawan baru saja menikah.
"Cepat banget, padahal kami sama-sama kuliah satu kelas. Mungkin dia udah punya penghasilan yang cukup," pikir saya.
Jangankan buat menikah, buat menghasilkan uang sehari-hari saja saya masih bingung. Sebagai introvert sepertinya tak ada pekerjaan yang cocok untuk saya.
huuuuhhh..... angin sepoi-sepoi serasa menyegarakan pikiran. Saya tenang, saya selalu berharap agar semua baik-baik saja.
Terkadang saya sering berpikir, kenapa hidup itu mahal sekali harganya. Untuk makan saja orang mesti bayar, bahkan buang hajat pun juga bayar.
Kehidupan di kota besar itu tak enak. Saya lebih suka di kampung. tenang, damai, tak perlu khawatir kelaparan. Seandainya saya bisa memutar balikkan waktu, saya ingin kembali ke masa dimana saya sering berbuat kesalahan. Ingin saya perbaiki semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar