68 tahun bukan
waktu yang singkat bagi berdirinya sebuah negara. Jika mengibaratkan negara sebagai seorang
manusia. Dia sudah hampir bau tanah dan seharusnya beban hidupnya tidak ada
lagi. Namun sayangnya, berbeda dengan negara ini. Indonesia tercinta.
Di sini, di
Indonesia. Semakin tua umurnya semakin berat beban yg dipikulnya. Mulai dari
hutang negara sampai kepada beberapa tindakan yang menurut saya seharusnya sudah tidak ada
lagi. Seperti korupsi, pembodohan rakyat, dan sikap kriminalitas lainnya.
Entah apa yang ada di dalam pikiran para pejabat
dan penguasa negeri ini. Mereka, orang-orang pintar dan berkuasa malah mengisi
kemerdekaan ini dengan hal-hal yang membuat bangsa semakin bobrok. Belum lagi
para oknum pemudanya yang sok jadi pahlawan dan sok jagoan.
Demo dengan membakar
ban, tempat dan fasilitas umum. Demonstrasi itu boleh saja, karena itu merupakan salah satu cara
menyampaikan asipirasi. Tapi lakukanlah dengan sehat.
Belum lagi media
cetak dan digital yang sudah ditunggangi beberapa kepentingan politik. Mereka hanya
menyiarkan berita yang menurut mereka bisa mendongkrak popularitasnya saja dan menambah kas saldo.
Mahasiswa
Indonesia, secara umum dikenal dengan kebrutalannya di jalan pada saat demo.
Sok memerintah dan sok kuasa, jiwa intelejensianya hilang ketika berhadapan
dengan suatu masalah.
Kita mungkin
memang sudah merdeka secara harfiah. Tapi terkadang, kita lupa cara mengisi
kemerdekaan itu. Jika kita lupa mengisi kemerdekaan, maka sama saja kita
membiarkan diri kita terjajah.
Merdeka itu bukan hanya tentang seberapa
jauh kita mengusir penjajah, atau seberapa lama umur suatu bangsa. Tapi merdeka
itu ialah tentang bagaimana kita bisa mengisi hari-hari selanjutnya dengan hal yang
berguna untuk bangsa ini.
Pada akhirnya,
saya hanya bisa mengucapkan “Dirgahayu Republik Indonesia yg ke-68”
Semoga merdeka
tidak hanya menjadi simbol penipu mata rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar