elfaqar.blogspot.com - Kedua orang tua saya tidak memiliki pendidikan formal yg terlalu tinggi. Ayah hanya tamat SMA
sedangkan ibu hanya sampai kelas 3 SD.
Perjuangan pendidikan saya dimulai
ketika mulai mengenal sekolah.
Saya pernah bersekolah di TK kepunyaan
yayasan yang dikelola oleh kantor ayah “TK Tunas Rimba”. Letaknya di dalam hutan,
jauh dari keramaian, sesuai pula dengan namanya.
Selesai dari TK, saya bersekolah di sekolah agama, Madrasah Ibtidayah Negeri di Kotabaru. Akan tetapi, tampaknya keberadaan saya seperti tidak tercatat di sana. Penyebabnya, sebelum pembagian raport untuk naik ke kelas 2,
ayah mendapat mandat dari atasannya untuk pindah tugas ke Pulau Borneo bagian
Barat, Pontianak.
Akhirnya dengan bekal rapot rekayasa yang dibuat oleh sekolah di kampung kelahiran saya, saya diterima masuk sekolah di Pontianak. Saya lupa nama SD
nya.
Ketika saya naik ke kelas 4 SD, saya harus pindah sekolah lagi karena
ayah mulai mengkredit rumah untuk ditempati. Saya pindah ke SDN 54 Sungai
Tengkorak.
Mulai lagi beradaptasi dengan lingkungan, kelas, dan teman yang baru.
Ini cukup sulit awalnya bagi saya. Tapi lama kelamaan saya terbiasa.
Berselang
setahun, saya pindah sekolah lagi karena beberapa faktor. Kali ini saya pindah ke SDN 54 Sungai Raya. Saya berada
di sana hingga lulus.
Melanjutkan ke SLTP N 1 Sungai Raya. 3 tahun tanpa
berpindah-pindah terasa menyenangkan bagi saya.
Setelah lulus SMP, melanjutkan lagi ke SMA N 1 Sungai Raya.
Letaknya tidak jauh dengan sekolah SD saya yang terakhir. Namun sayang, di SMA itu saya hanya bertahan 1 tahun. Ayah harus pindah tempat kerja lagi. Kembali ke Kalimantan Selatan.
Saya pindah ke SMA N 1 Batulicin, sedangkan ayah bekerja di Kotabaru. Dengan kultur dan bahasa yang berbeda saya berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Alhasil, saya memiliki banyak teman, dan cukup populer di sekolah.
Setelah lulus
dari SMA, saya ingin sekali melanjutkan pendidikan di STMIK yang ada di
Banjarbaru. Namun, karena keterbatasan dana, saya diarahkan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri saja.
Saya ikut saja apa kata orang tua. Setelah 4 tahun merajut ilmu di
kampus, saya masih saja belum lulus.
Ketika ayah meninggal, saya seperti orang yang
kehilangan arah. Saya menganggap tuhan tidak adil. Saya pun berhenti kuliah.
Berbekal berbagai pengalaman organisasi dan kerja yang
saya dapatkan selama 4 tahun. Pendidikan formal terhenti sampai disini. Hanya
tamatan SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar